Menceritakan Cerita Motivasi, Kehidupan, Cinta, Insfirasi dan Menceritakan Sedikit Tentang Kehidupan Saya
Rabu, 30 April 2014
iseng saja nih gak ad kerjaan malem*
Saya membuat Flipagram berjudul Selfie dengan @flipagram - lihat di sini Music: Bruno Mars Just The Way You Are-[Gudang Lagu]!
Selasa, 29 April 2014
Hidup Di Ujung Takdir
Di pagi nan cerah ada seorang anak perempuan bernama Dinda. Ia adalah gadis dari keluarga yang sangat sederhana. Kala itu Dinda berjalan kaki menuju sekolahnya yang tidak jauh dari rumahnya.
Di sekolah ia mengundang teman-temannya untuk datang ke acara ultahnya. Meskipun kecil-kecilan, Dinda mensyukuri hal tersebut. Disana terdapat seorang Anak sangat membenci Dinda. Dan berkata: “Teman-teman! kalian jangan mau datang kerumah Dinda. Mungkin disana kalian akan diminta sumbangan. Kan keluarga Dinda miskinnya sudah kelewatan!” Anak itu bernama MARSHA. Sementara itu Dinda hanya bersedih
Pada saat itu hari ulang tahun itu tiba, Dinda meminta persyaratan. Bahwa apabila datang ke acara ulang tahun, teman-temannya harus sopan dan bertatakrama. Pada saat itu Marsha juga datang ke acara tersebut. Tapi Marsha tidak menyetujuinya. Ia ingin sesuatu yang berbeda. Jadi, Dinda melaksanakan dua tempat ultah. Yang pertama: dengan penuh kesopanan dan di ruangan lain tidak menggunakan tatakrama sama sekali
Senin, 28 April 2014
Masalah Adalah Tantangan
Bersikap Apa Adanya
Bersikaplah apa adanya. Bila kita kesulitan, jangan tolak bantuan. Sikap terus terang membuka jalan bagi penerimaan orang lain.
Persahabatan dan kerja sama membutuhkan satu hal yang sama, yaitu keakraban di antara orang-orang. Keakraban tercipta bila satu sama lain saling menerima. Sedangkan penerimaan yang tulus hanya terujud dalam kejujuran dan terus terang.
Kepura-puraan itu bagaikan bunga mawar plastik dengan kelopak dan warna sempurna, namun tak mewangi. Meski mawar asli tak seindah tiruannya dan segera layu, kita tetap saja menyukainya. Mengapa ?Karena ada detak kehidupan alam disana.
Hidup dalam kejujuran adalah hidup alami yang sejati. Hidup berpura-pura sama saja membohongi hidup itu sendiri. Kita bisa memilih untuk hidup apa adanya, dan berhak menginjakkan kaki di bumi ini. Atau, hidup berpura-pura dalam dunia ilusi.
Anugrah Paling Indah
Ada sebuah telaga indah, airnya sejuk, jernih dan tenang. Permukaannya berkilau, bukan hanya karena memantulkan sinar rembulan, namun batu – batu pualam yang ada di dasarnya juga memancarkan cahaya.
Kedamaian selalu meliputinya. Sayangnya, telaga itu tak mudah di jangkau. Ia terletak di tengah hutan lebat yang dipagari oleh semak berduri. Pepohonan tinggi dan binatang buas menghadang setiap langkah ke sana. Siapa pun yang mampu menemui dan mereguk keindahannya, raja rimba pun tunduk dan patuh padanya.
Telaga itu adalah Hati nurani kita, yang senantiasa menyerukan ketentraman batin.
Kesejukan regukan airnya memberi makna pada hidup kita.
Sedangkan rimba lebat penuh dengan binatang buas adalah wujud dari pikiran, emosi, hawa nafsu dan persepsi indrawi yang selalu menghalangi jalan kita.
Tanpa disadari ia pun dapat melukai diri kita. Namun, bila kita telah menemukan suara hati nurani itu, maka kekuatan dan kedamaian melingkupi kita.
Temukan telaga jernih milik kita. Itulah anugerah paling berharga yang harus kita pegang teguh dalam hidup ini.
Hanyalah Sementara
Adakalanya tiba masa-masa sulit, yang membuat hidup terasa penuh kepedihan dan keluh kesah.
Namun pada saatnya jua tibalah masa kegembiraan, yang membuta hidup terasa ringan dan terang. Tanpa sadar bibir kita basah dengan senyuman.
Sesungguhnya kesedihan, kegembiraan, kekecewaan, keriangan, dan emosi-emosi lain hanyalah sementara. Sebagaimana sesaatnya malam ditelan siang.
Tak selamanya kesedihan dan kegembiraan melanda kita. Semua itu datang silih berganti, tanpa dapat selalu dinanti.
Yang perlu kita pahami adalah kesementaraan ini.
Kesementaraan menunjukkan bahwa emosi-emosi itu bukanlah milik kita.
Ia hanya sebuah tawaran dari alam yang menuntun tindakan dan sikap kita Ia bukanlah kita.
Saat gembira sadarilah kegembiraan itu.
Saat sedih, pahamilah kesedihan itu. Saat kita penuh dengan kesadaran akan emosi kita , saat itu kita bersentuhan dengan jiwa yang tenang milik kita.
Cara Alam Menghibur Kita
Pernahkah kita mengalami ketika hujan deras mengguyur, kita lupa membawa payung. Lalu kita pun berbasah kuyup kedinginan. Namun, ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik datang membakar hari. Sebalkah?
Atau mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah.Sebalkah?
Mengapa keadaan seringkali tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan “ketidakmujuran”?
Sadari saja, itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata.
Kejengkelan itu muncul dari karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan diri sendiri.
Kita lupa bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, meski secara kecut, tak apalah :)
Kisah Kakek Penjual Amplop
Kisah nyata ini ditulis oleh seorang dosen ITB bernama Rinaldi Munir mengenai seorang kakek yang tidak gentar berjuang untuk hidup dengan mencari nafkah dari hasil berjualan amplop di Masjid Salman ITB. Jaman sekarang amplop bukanlah sesuatu yang sangat dibutuhkan, tidak jarang kakek ini tidak laku jualannya dan pulang dengan tangan hampa. Mari kita simak kisah “Kakek Penjual Amplop di ITB”.
Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat saya selalu melihat seorang Kakek tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun Kakek itu tetap menjual amplop. Mungkin Kakek itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.
Kehadiran Kakek tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran Kakek tua itu.
Jangan Remehkan Kebaikan Sekecil Apapun
Ketika sore sepulang kerja seorang suami melihat isteri yang tertidur pulas karena kecapekan bekerja seharian di rumah. Sang suami mencium kening isterinya dan bertanya, ‘Bunda, udah shalat Ashar belum?’ Isterinya terbangun dengan hati berbunga-bunga menjawab pertanyaan suami, ‘sudah yah.’ Isterinya beranjak dari tempat tidur mengambil piring yang tertutup, sore itu isterinya memasak kesukaan sang suami.
‘Lihat nih, aku memasak khusus kesukaan ayah.’ Piring itu dibukanya, ada sepotong kepala ayam yang terhidang untuk dirinya.
Sang suami memakannya dengan lahap dan menghabiskan. Isterinya bertanya, ‘Ayah, kenapa suka makan kepala ayam padahal aku sama anak-anak paling tidak suka ama kepala ayam.’ Suaminya menjawab, ‘Itulah sebabnya karena kalian tidak suka maka ayah suka makan kepala ayam supaya isteriku dan anak-anakku mendapatkan bagian yang terenak.’
Mendengar jawaban sang suami, terlihat butir-butir mutiara mulai menuruni pipinya. Jawaban itu menyentak kesadarannya yang paling dalam. Tidak pernah dipikirkan olehnya ternyata sepotong kepala ayam begitu indahnya sebagai wujud kasih sayang yang tulus kecintaan suami terhadap dirinya dan anak-anak. ‘Makasih ya ayah atas cinta dan kasih sayangmu.’ ucap sang isteri. Suaminya menjawab dengan senyuman, pertanda kebahagiaan hadir didalam dirinya.
Mendengar jawaban sang suami, terlihat butir-butir mutiara mulai menuruni pipinya. Jawaban itu menyentak kesadarannya yang paling dalam. Tidak pernah dipikirkan olehnya ternyata sepotong kepala ayam begitu indahnya sebagai wujud kasih sayang yang tulus kecintaan suami terhadap dirinya dan anak-anak. ‘Makasih ya ayah atas cinta dan kasih sayangmu.’ ucap sang isteri. Suaminya menjawab dengan senyuman, pertanda kebahagiaan hadir didalam dirinya.
Kita seringkali mengabaikan sesuatu yang kecil yang dilakukan oleh sosok ayah kita, namun memiliki makna yang begitu besar, di dalamnya terdapat kasih sayang, cinta, pengorbanan dan tanggungjawab.
Semoga cerita diatas kita bisa mengambil hikmah dengan mencintai setulus hati ayah kita yang telah berkorban untuk anak dan isterinya.
Apa Yang Istimewa Dari Seorang Wanita ?
Seorang anak yang sudah remaja bertanya pada ayahnya.
Anak : “Ayah, mengapa seorang wanita itu sangat mudah menangis?”
Ayah : “Seorang wanita itu mudah menangis karena Allah menciptakan bahu yang cukup kuat untuk menopang dunia, namun harus cukup lembut untuk memberi kenyamanan!”
Anak : “Menopang dunia?”
Ayah : “Iya, karena wanita memiliki peranan sangat penting di dunia ini!”
Anak : “Bisa ayah jelaskan apa yang istimewa dari seorang wanita?”
Ayah : “Allah memberikan kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak, dan menerima penolakan yang sering datang dari anak-anaknya. Allah memberi kekerasan untuk membuatnya tegar saat orang lain menyerah, namun dia mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh.”
Ayah : “Allah memberikan kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak, dan menerima penolakan yang sering datang dari anak-anaknya. Allah memberi kekerasan untuk membuatnya tegar saat orang lain menyerah, namun dia mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh.”
Anak : “Seistimewa itu yah.?”
Ayah : “Bukan hanya itu, Allah juga memberikan kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan. Bahkan ketika anak-anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya.”
Anak : “Ternyata wanita itu sungguh luar biasa ya, ayah?!”
Ayah : “Masih ada lagi keistimewaan yang dimilik seorang wanita.”
Anak : “Apa itu yah?”
Ayah : “Allah memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalan dan melengkapi tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya. Allah memberi kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa suami yang baik tak akan pernah menyakiti istrinya. Tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada di sisi suaminya tanpa ragu.”
Anak : “Lalu bagaimana dengan lelaki?”
Ayah : “Lelaki harus membuat wanita merasa nyaman dan terlindungi saat berada disampingnya.
Jangan pernah membuat hati wanita terluka, jika lelaki berniat mempermainkan wanita, ingatlah pengorbanan wanita yang telah melahirkannya.”
Jika Esok Tak Pernah Datang
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu terlelap tidur, Aku akan menyelimutimu dengan lebih rapat dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu, Aku akan memelukmu erat dan menciummu dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji, Aku akan merekam setiap kata dan tindakan dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu ekstra satu atau dua menit, Untuk berhenti dan mengatakan “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.
Jadi untuk berjaga-jaga seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya, Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.
Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda. Dan hari ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk memeluk erat orang tersayangmu.
Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?
Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari.
Saat kau tidak meluangkan waktu untuk memberikan sebuah senyuman, pelukan atau ciuman. Dan saat kau terlalu sibuk untuk memberi seorang yang ternyata merupakan permintaan terakhir mereka.
Jadi, dekap erat orang-orang tersayangmu hari ini dan bisikkan di telinga mereka, bahwa kau sangat mencintai mereka dan kau akan selalu menyayangi mereka.
Luangkan waktu untuk mengatakan “Aku menyesal”, “Maafkan aku”, Terima kasih”, atau “aku tidak apa-apa”
Dan bila esok tak pernah datang, kau takkan menyesali hari ini.
Ketika Sahabat Menjadi Penghianat
Pagi yang cerah aku terbangun dari tidurku, setelah aku mendengar suara teriakan bunda. Ooohh iya namaku Risla Alma Gerald panggil aja Risla. Hari ini pertama kali aku masuk SMP di SMP Bintang Juara. Ini smp terfavorit lhoo… hehe…
Dengan menggunakan sepeda aku pergi ke sekolah yang berjarak 2 meter. Saat tiba di sekolah aku masuk kelas, karena aku tidak mengenal siapapun disini jadi aku hanya duduk di bangku saja. Tiba-tiba ada seorang cewek mendekatiku.
“Haii, boleh duduk sini gak?” tanyanya sembari tersenyum. “Boleh kok kalau kamu mau, ohhh ya namamu siapa?” jawabku sambil pindah tempat duduk.
“Haii, boleh duduk sini gak?” tanyanya sembari tersenyum. “Boleh kok kalau kamu mau, ohhh ya namamu siapa?” jawabku sambil pindah tempat duduk.
3 Bulan Kemudian
Aku sudah akrab dengan anak anak sekelas. Ternyata mereka baik baik lho. Aku kini sudah mempunyai kelompok seni tari namanya Melodi, nama itu diambil dari nama kita masing masing yaitu: MElani Lauda Octa Diana Risla.
Aku sudah akrab dengan anak anak sekelas. Ternyata mereka baik baik lho. Aku kini sudah mempunyai kelompok seni tari namanya Melodi, nama itu diambil dari nama kita masing masing yaitu: MElani Lauda Octa Diana Risla.
Salam Rindu
Biarkan kata-kata itu terbang, terbawa angin semilir menyelusup liang-liang bawah tanah, naik ke surga bersama dengan rinduku padamu wahai penikmat surgawi”
Ku berteduh di bawah pohon yang rindang di pinggir jalan raya yang sisinya berjejer pepohonan yang sangat rimbun, dan terdapat sebuah kursi di bawah salah satu pohon itu yang membuat ia memutuskan untuk duduk disana.
Ku berteduh di bawah pohon yang rindang di pinggir jalan raya yang sisinya berjejer pepohonan yang sangat rimbun, dan terdapat sebuah kursi di bawah salah satu pohon itu yang membuat ia memutuskan untuk duduk disana.
Kendaraan bermotor yang berlalu lalang yang mengeluarkan suara bising, tetapi ia merasa bahwa hati dan pikirannya lah yang lebih bising dari pada suara itu. Banyak suara dan kata-kata yang selalu melintas dan terngiang di telinga dan pikirannya. Ia mendesah pelan, ia mencoba untuk menenangkan segala kebisingan di dalam pikirannya, meski ia tahu itu tidak akan berhasil.
Angin berhembus lembut menyapu tubuhku, kesejukannya mengelus kulitku di pagi itu, tetapi pikiranku tak enyah dari kebisingan yang mengusikku sejak tadi, “apa yang sedang kau pikirkan nona?” tanya seorang lelaki paruhbaya yang menghampiri kesendiriannya, “aku sedang bingung dengan keadaan ini!”, jawabnya dengan wajah memelas. “memangnya apa yang terjadi pada dirimu saat ini?” “aku takut kakekku akan pergi meninggalkanku!”, “mengapa kau berfikir seperti itu, bukankah kakekmu baik-baik saja bukan?” dengan wajah yang heran, “iya memang, tetapi usianya yang semakin bertambah yang membuatku takut akan kehilangan nya,”, “semua makhluk hidup pasti akan akan kembali pada penciptanya, begitu pula kakek, saudara, bahkan dirimu pasti akan mengalami yang namanya kematian”. “iya aku tau itu, tetapi aku belum siap jika harus kehilangan kakek yang amat aku sayangi” (butiran air mata mulai mengalir dari kedua bola matanya).
“sudah pulanglah matahari sudah mulai memuncak” balas lelaki itu, sambil pergi meninggalkannya.
“sudah pulanglah matahari sudah mulai memuncak” balas lelaki itu, sambil pergi meninggalkannya.
Tak lama kemudian ia melangkahkan kakinya, menuju rumah tua yang tak jauh dari tempatnya berteduh tadi. “darimana kamu, jam segini baru pulang?” ujar kakek yang duduk di ruang tamu.. “dari rumah teman kek” jawabnya. “ya sudah makanlah, kamu kan belum makan dari pagi bukan?” “iya kek”, sambil meninggalkan kakeknya (dengan wajah yang kusam). “maafkan aku kek, aku harus berbohong padamu, aku tak ingin engkau sedih, maafkan aku”, batinnya sambil melangkahkan kaki menuju dapur.
Ia langsung duduk di meja makan dan memakan hidangan yang telah disiapkan oleh neneknya.
Tiba-tiba kakek menghampirinya “setelah makan, tolong masakan mie ini untuk kakek ya” ujar kakek padanya.. “iya kek, letakkan saja di atas meja itu, selesai makan akan aku masakkan! Jawabnya lirih.
Tiba-tiba kakek menghampirinya “setelah makan, tolong masakan mie ini untuk kakek ya” ujar kakek padanya.. “iya kek, letakkan saja di atas meja itu, selesai makan akan aku masakkan! Jawabnya lirih.
Selesai aku makan, aku langsung melakukan perintah kakekku. Dengan senang hati aku memasak mie itu, aroma sedap yang timbul dari semangkuk mie itu mengundang kakekku untuk menghampirinya, “wah aromanya sedap sekali, membuat perut ini menjadi lapar” ujar kakek (tersenyum sipu). “tentu, ini ku masakkan spesial untuk kakek tersayang” balasnya (dengan senyumn manja).
Alasan Putus
“Cak, tolong gue tolong gue!!!” tiba-tiba suara si bebek nyangkut di telinga gue. Iya, dari suaranya gue ngerasa kalau dia bener-bener lagi butuh pertolongan. Semacam orang diperk*sa sama … babi hutan. Tapi yang jadi pertanyaan gue sekarang si bebek sekarang lagi dimana? Dengan tau posisi dia dimana sekarang gue bakal lebih mudah buat ngebayangin dia yang di perk*sa secara paksa sama babi hutan yang gila. Oke lah ngelantur..
“iye iye, lu kate gue budek bego! Apaan!” gue jawab aja sambil teriak-teriak ga jelas.
“bantu gue! Gue pengen putus ama si mbek sekarang! Gue udah otw rumah lo!” katanya sambil mangap-mangap.
“lo ke rumah gue? Kan jauh .. lo pake apa sama siapa?” gue cukup cemas sih walaupun sejujurnya nggak.
“tenang, gak usah cemas gue udah pinjem sepeda adik gue. Sendiri sendiri ya tunggu”
Tuttt …
“bantu gue! Gue pengen putus ama si mbek sekarang! Gue udah otw rumah lo!” katanya sambil mangap-mangap.
“lo ke rumah gue? Kan jauh .. lo pake apa sama siapa?” gue cukup cemas sih walaupun sejujurnya nggak.
“tenang, gak usah cemas gue udah pinjem sepeda adik gue. Sendiri sendiri ya tunggu”
Tuttt …
Telfon mati, oke gak masalah asalkan bebek belum mati gitu aja. Tapi tunggu, dia bilang apa? Mau putus? Dan gue ngebiarin dia jauh-jauh dari rumahnya ke rumah gue pakai sepeda Cuma buat ngedengerin ajaran gue buat ngajarin dia putus dari pacarnya? Di satu sisi gue bangga. Di sisi lain gue berdoa: “ya Allah, selamatkan dia dari kegalauan”.
JOMBLO
Jomblo buat gue itu adalah suatu masalah besar, masalah yang susah buat di atasin, dan masalah yang bakal jadi penghalang gue buat nikmatin masa muda, so! sebisa mugkin gue mencoba buat menghindari masalah itu, tapi sayang nya udah kira-kira Sembilan puluh hari terakhir ini gue telah terjebak dalam masalah yang nyebelin ini, gueee jomblooo!!! Oh my god!. (teriak ala soimah)
Udah segala usaha gue lakuin buat mendepak status jomblo dari hidup gue, tapi bau-bau status dan cowok baru belum keliatan juga, ya udah deh pasrah aja-lah gue, berdoa sama dewi jodoh supaya gue, Meidina Patricia yang baik hati, cantik, manis, rajin menabung dan tidak sombong, bisa lekas dapet pacar lagi, hiks hiks hiks!!!.
(lebay ya gue? Hheheheh, maklum ABG).
(lebay ya gue? Hheheheh, maklum ABG).
Hari demi hari udah nganter gue ke hadapan bulan febuari lagi, bentar lagi valentine, dan gue masih JOMBLOOO!! oh my god, gue musti ngapain? ngak musti kan gue pasang pamflet di jidat sama di pungung gue bertuliskan “gue lagi jomblo, ada yang mau ngelamar jadi pacar gue?” iuhhh, ngak banget deh! masa gue musti ngelakuin itu sih, ngak, ngak, gue musti cari cara! apa kata DUNIA kalo mereka tau di malam valentine gue masih jomblo juga, bisa ilang pamor gue, percuma dong gue punya tampang caem tapi nyatanya gue harus menyandang status JOMBLO hiks hiks hiks (sambil garuk garuk kepala).
Indah Pada Waktunya
Pertemuan dengan seorang cowok di ruangan exkul itu memberikan kesan yang sangat mendalam di hati vivi. Seorang gadis berusia 15 tahun, entah mengapa ada getaran yang begitu hebat dan belum pernah ia rasakan sebelumnya. Vivi selalu teringat senyuman manis saat pertama kali ia bertemu dengan kak Rio.
“Hmmzz… kalian percaya gak cinta pertama pada pandangan pertama itu beneran ada?”
Tanya vivi di sela-sela waktu exkul.
“Cie–cieeee jatuh cinta sama siapa nih?” ledek Mira dan Selly
Vivi hanya tersipu malu mendegar ucapan teman-temannya itu.
“Hmmzz… kalian percaya gak cinta pertama pada pandangan pertama itu beneran ada?”
Tanya vivi di sela-sela waktu exkul.
“Cie–cieeee jatuh cinta sama siapa nih?” ledek Mira dan Selly
Vivi hanya tersipu malu mendegar ucapan teman-temannya itu.
Bel pulang sekolah berbunyi..
Seluruh siswa Tunas Bangsa berhamburan keluar kelas untuk pulang. Suara knalpot motor dan suara angkutan umum membuat suasana di siang hari itu semakin bising saja.
“Vi.. tunggu!! ”
Ketika di tengok ternyata itu adalah kak Dava cowok yang terkenal pintar di kelasnya dan pernah meraih juara lomba sains se-Bandung untuk 2 tahun berturut-turut.
“ada apa kak?” Tanya vivi heran
“kamu punya buku sains tentang alam semesta? boleh gak kakak pinjem?”
“oh ada kok kak kalau mau pinjem besok bukunya vivi bawa entar kak Dava ambil aja di kelas vivi ”
Seluruh siswa Tunas Bangsa berhamburan keluar kelas untuk pulang. Suara knalpot motor dan suara angkutan umum membuat suasana di siang hari itu semakin bising saja.
“Vi.. tunggu!! ”
Ketika di tengok ternyata itu adalah kak Dava cowok yang terkenal pintar di kelasnya dan pernah meraih juara lomba sains se-Bandung untuk 2 tahun berturut-turut.
“ada apa kak?” Tanya vivi heran
“kamu punya buku sains tentang alam semesta? boleh gak kakak pinjem?”
“oh ada kok kak kalau mau pinjem besok bukunya vivi bawa entar kak Dava ambil aja di kelas vivi ”
Keesokkan harinya di sekolah ketika vivi sedang berjalan sendirian di lorong sekolah kak Dava datang menghampiri.
“Vi mana buku sainsnya? gak lupa dibawa kan?” Tanya kak Dava
“bawa dong memangnya vi udah pikun. Eiiitttzzz tapi inget dibalikin lho, hehe ”
“iya entar di balikin kok vi tapi tahun depan… hahaha!” jawab Dava sambil berlari meninggalkan vivi yang terlihat sedikit kesal dengan sikap kakak kelasnya yang satu ini.
“Vi mana buku sainsnya? gak lupa dibawa kan?” Tanya kak Dava
“bawa dong memangnya vi udah pikun. Eiiitttzzz tapi inget dibalikin lho, hehe ”
“iya entar di balikin kok vi tapi tahun depan… hahaha!” jawab Dava sambil berlari meninggalkan vivi yang terlihat sedikit kesal dengan sikap kakak kelasnya yang satu ini.
Kau, Aku Dan Hujan
Sekarang menunjukkan pukul 17.00 pm, semua mahasiswa telah pulang sejak 2 jam yang lalu hanya aku sendiri yang masih tetap berdiam diri di kelas. Ku menatap keluar jendela, langit biru kini telah ditutupi awan yang hitam lebat. Sebentar lagi mungkin akan hujan deras.
Ku bergegas untuk pulang, ku berjalan menyusuri trotoar kampus, rintik-rintik hujan mulai turun, langkahku terhenti, selang beberapa detik hujan deras membahasi bumi. Ku masih berdiam diri disini tak peduli aku akan sakit atau tidak yang jelas ku senang dengan hujan ini.
“kau ini seperti anak kecil saja. Cepatlah berteduh, nanti kau sakit” Rey menarik tangan ku menuju tempat berteduh. Ku hanya tersenyum ketika dia mengatakan aku seperti anak kecil.
Aku Dan Puisi, Sendiri
Sebuah kotak kecil berbentuk segi empat. Di dalamnya terdapat sebuah coretan hitam tanpa makna, tanpa arti dan beku. Aku ingin menyelesaikan coretan itu dengan menambahkan bebrapa garis dan titik agar lebih bermakna dan mampu menyampaikan pesan bagi siapa saja yang melihatnya. Kadang pula aku ingin menghiasnya dengan tetesan-tetesan tinta berwarna-warni agar terkesan lebih hidup. Tapi, hingga aku kehabisan ide dan akihirnya memutuskan untuk mengakhirinya, kotak kecil itu tetap terisi dengan coretan semula yang tanpa arti. Tanpa sadar, aku telah mewakilkan gambaran pikiranku pada coretan-coretan itu. Carut-marut, tidak jelas, dan gelap. Serupa malam yang kini tengah memenjara dan menenggelamkanku pada renungan yang tak berkesudah.
CLBK ( Cinta Lama Bersemi Kembali )
Cerita cinta yang pernah kandas 6 bulan yang lalu, tiba-tiba mulai tumbuh dan bersemi lagi, entah apa dan mengapa akhir-akhir ini aku terjerat lagi panah asmaranya, senyum yang pernah ku benci kini selalu menggoda di setiap sudut lamunanku. Semula semua aku anggap hanyalah kenangan yang masih tersisa, namun lambat laun menjadi sebuah kewajiban lamunan menjelang tidurku. “Aleandro… Alan cintamu tlah kembali” namun Alan kenapa hanya aku yang merasakannya, apa cinta ini hanya sebuah kenangan yang sempat menyapaku siang tadi. “Tidak Alan… tatapan matamu mengisyaratkan masih ada peluang cinta disana”. Bagaimana aku harus memastikan bahwa cinta ini adalah cinta lama yang bersemi kembali, aku harus mencari jawabannya dari Alan.
Sengaja malam ini aku putar lagu “hello by Lionel Richi” lagu kenangan berdua saat Alan menyatakan cintanya, aku berharap Alan menepati janjinya menemuiku malam ini. Hati yang masih berdebar seperti saat aku jatuh cinta tuk pertama kali pada Alan, ku coba sembunyikan rasa galau yang mulai menyerangku.
GENGSI
“Tiap hari aku membayangkan kamu, Nadin Dinda Syafitri. Senyuman bibir merah itu, tatap manja itu, desah nafas saat kamu kedinginan, wajah memelasmu menahan ngantuk, hangat genggaman tanganmu, semuanya. Semakin lama aku tambah takut, takut membayangkan orang yang sama sekali bukan kamu yang ada bersamaku ini. Orang yang hanya mirip kamu dari segi fisik saja, atau lebih tepatnya hanya merupakan hasil dari imagenasi kesepianku saja”
“Aku ingin tahu apakah sama yang selama ini ku bayangkan, andai kamu yang benar-benar ada di sampingku saat ini? Bukan hanya bayanganmu.”
Begitu yang ku katakan pada Fitri lewat ujung telfon malam itu. Tak lagi ku dengar suara cempreng gadis satu sekolahku itu menjawab pertanyaanku, suasana telfon malam mingguan sepi membeku secara tiba-tiba untuk waktu yang lama.
“Aku ingin tahu apakah sama yang selama ini ku bayangkan, andai kamu yang benar-benar ada di sampingku saat ini? Bukan hanya bayanganmu.”
Begitu yang ku katakan pada Fitri lewat ujung telfon malam itu. Tak lagi ku dengar suara cempreng gadis satu sekolahku itu menjawab pertanyaanku, suasana telfon malam mingguan sepi membeku secara tiba-tiba untuk waktu yang lama.
Sudah enam bulan lalu ku nyatakan perasaanku pada Fitri, gadis pemain basket yang kelasnya berjarak dua kelas di depan kelasku di sekolah. Kami adalah teman lama yang pernah sekelas waktu kelas tiga SMP, sejak SMP hingga kelas tiga SMA ini Hanya Fitri yang bertahan jadi teman SMS-an dan curhatku walau di SMA ini kami tak pernah lagi sekelas. Awalnya aku tak menyangka akan naksir pada gadis yang suka berpakaian tomboy ala kadarnya ini, hingga suatu hari di enam bulan yang lalu aku merasa sudah terlalu terbiasa bersama dan mulai naksir pada gadis ini, hingga ku beranikan diri untuk ungkapkan perasaanku saat itu. Dan, sejauh ini sudah enam bulan HTS (Hubungan Tanpa Status) resmi kami jalani.
“Hikz.. Hikz… Maafin aku Dri” desah tangis Fitri mengkagetkan lamunanku.
“Lho, kok nangis? Jangan nangis dong sayang. Gak jadi deh, aku gak bakal minta kesempatan untuk bareng kamu. Kamu tau kan aku paling gak kuat kalau denger kamu nangis? Please, berenti nangis yaa? yaa?” bujukku pada Fitri.
“Hikz.. Sudah enam bulan yaa? Andri, sebulan lagi ujian akhir sekolah. Seperti yang selalu kita takutkan, setelah itu kita akan benar-benar jauh kuliah di lain kota. Maafin aku karena gak bisa, gak mau dan mustahil untuk bisa bareng kamu selama ini. Hikz.. hikz..”
“Lho, kok nangis? Jangan nangis dong sayang. Gak jadi deh, aku gak bakal minta kesempatan untuk bareng kamu. Kamu tau kan aku paling gak kuat kalau denger kamu nangis? Please, berenti nangis yaa? yaa?” bujukku pada Fitri.
“Hikz.. Sudah enam bulan yaa? Andri, sebulan lagi ujian akhir sekolah. Seperti yang selalu kita takutkan, setelah itu kita akan benar-benar jauh kuliah di lain kota. Maafin aku karena gak bisa, gak mau dan mustahil untuk bisa bareng kamu selama ini. Hikz.. hikz..”
Memang susah di jelaskan, sudah enam bulan yang lalu aku nyatakan rasa sayangku ke Fitri. Tapi bahkan hingga saat ini pun kami belum pernah duduk bareng berdua. Fitri adalah anak seorang dosen di salah satu universitas kota ini. Secara tidak tertulis dan terucap, Fitri paham betul bahwa dia dilarang pacaran di masa SMA ini oleh kedua orangtuanya. Orangtua Fitri adalah tipe-tipe orangtua yang akan menyuruh anaknya belajar semalaman suntuk ketika menjelang ujian sekolah, hal ini juga yang ku sadari membuatku merasa menjalani Hubungan Jarak Jauh dengan Fitri, walaupun sebenarnya jarak kelasku dan Fitri hanya dua ruangan saja di sekolah.
KECEWA
Seperti judulnya saja Kecewa, aku benar benar kecewa saat kamu meninggalkanku. Aku selalu berfikir sampai saat ini, apa salahku? Mengapa kamu tega meninggalkanku? Aku sungguh tak menyangka! Dulu kamu bilang sayang padaku, kamu tak mau melihat ku sedih apalagi terluka. Tapi apa buktinya? Apa? Buktinya kamu yang membuat aku terluka! Sungguh aku kecewa, kamu mempermainkan perasaan ku dan aku, aku disini selalu memikirkanmu, selalu menyayangimu dengan tulus dan selalu mengerti keadaanmu.
Tapi apa, kamu malah meninggalkanku disini tanpa memperdulikan perasaan ku. Kecewa! Perasaan ini tak menaruh rasa sayang lagi, yang ada hanya ada rasa benci! Aku juga tau kok, kamu meninggalkanku karena ada wanita lain kan? Sungguh tega…
Tapi apa, kamu malah meninggalkanku disini tanpa memperdulikan perasaan ku. Kecewa! Perasaan ini tak menaruh rasa sayang lagi, yang ada hanya ada rasa benci! Aku juga tau kok, kamu meninggalkanku karena ada wanita lain kan? Sungguh tega…
Kamu bilang “maaf yah mungkin hubungan kita cukup sampai disini, aku terlalu sibuk dalam hal motor dan aku tidak pernah membawa hp saat berpergian, jadi aku tidak pernah mengabarimu. Maaf yah”
lalu aku menjawab “baiklah jika itu adalah keputusanmu”
Dia menjawab lagi “Maaf yah, jangan ngambek.”
Aku pun menjawab lagi “iya, nyantai aja kali”
lalu aku menjawab “baiklah jika itu adalah keputusanmu”
Dia menjawab lagi “Maaf yah, jangan ngambek.”
Aku pun menjawab lagi “iya, nyantai aja kali”
Eeh.. tapi aslinya kamu bukan sibuk sama motor doang, tapi ya karena ada wanita lain. Mungkin dia lebih baik dibandingkan dengan ku.
Aku pun menangis dan selalu berkata “aku sangat menyayangimu, kenapa Tuhan aku dan dia harus berpisah?”
Tapi sekarang, aku malah berkata “aku menyesal telah mengenalnya apalagi pernah menjadi orang yang singgah di hatinya!”
Tapi sekarang, aku malah berkata “aku menyesal telah mengenalnya apalagi pernah menjadi orang yang singgah di hatinya!”
Hati ini sangat menyakitkan saat dikecewakan oleh orang yang kita sayangi.
Mulutmu Mahkotamu
Aku mulai diam. Bahkan dalam diam pun, aku tidak bisa berpikir jernih saat ini. Mengapa? Mengapa masalahku sangat berat, Tuhan?
Aku tak meminta apapun yang berlebih, aku hanya ingin keluargaku baik-baik saja. Tak ada keributan. Apakah itu sangat berat? Apa ini permintaan yang mustahil? Aku tidak kuat jika terus dalam keadaan ini! Tuhan, bantulah aku. Kirimkan malaikatku yang menemaniku bagaimanapun gundahnya aku, dan kapanpun aku berbahagia dengannya.
Aku tak meminta apapun yang berlebih, aku hanya ingin keluargaku baik-baik saja. Tak ada keributan. Apakah itu sangat berat? Apa ini permintaan yang mustahil? Aku tidak kuat jika terus dalam keadaan ini! Tuhan, bantulah aku. Kirimkan malaikatku yang menemaniku bagaimanapun gundahnya aku, dan kapanpun aku berbahagia dengannya.
Kutulis bait permintaanku di dinding kamar. Menyatakan kesedihan dan kesenangan, hanya itu. Menceritakan bagaimana aku, merangkai bait kata dan menuliskannya pada punggung dinding ini.
Pagi ini aku mencoba melelehkan kebekuan dalam hati mereka dengan menawarkan pertemanan. Namun apa yang kuterima? Hanya wajah tak ramah dan kumpulan kata, tak jelas maksudnya, syair pujian ataukah cemooh penuh dendam. Aku serba salah. Hanya seorang tua memandangku penuh iba, seakan mengetahui ratapan hati ini sepanjang pagi. Kuputuskan untuk mencari jalanku sendiri; jalan untuk mencari duniaku tanpa berteman dengan seorangpun jua.
Pagi ini aku mencoba melelehkan kebekuan dalam hati mereka dengan menawarkan pertemanan. Namun apa yang kuterima? Hanya wajah tak ramah dan kumpulan kata, tak jelas maksudnya, syair pujian ataukah cemooh penuh dendam. Aku serba salah. Hanya seorang tua memandangku penuh iba, seakan mengetahui ratapan hati ini sepanjang pagi. Kuputuskan untuk mencari jalanku sendiri; jalan untuk mencari duniaku tanpa berteman dengan seorangpun jua.
Lautan Biru
Kutatap selembar foto kecil usang yang berada di tanganku. Melihat foto ini seakan aku tidak ingin melepasnya dari tanganku. Sebuah foto enam orang anak remaja perempuan dengan gaya foto mereka yang menawan. Saling bergandengan dan tersenyum ceria seakan tidak ada masalah yang menghampirinya. Foto ini kira-kira dua tahun yang lalu terjebak di dalam sebuah kotak kecil berwarna merah yang kusimpan di dalam lemari gudang. Dan malam ini baru kulihat setelah aku membongkar gudang. Tak terasa bulir bulir air mata jatuh membasahi pipiku. Kenangan masa lalu kembali terputar di dalam otakku tentang masa-masa ini. Masa dimana aku baru duduk di SMP, bertemu dengan teman-teman baru, dan yang tidak bisa kulupakan adalah cinta pertamaku saat di SMP dan sekarang sudah tak terasa aku sudah lulus SMP.
Aku kembali membongkar beberapa barang-barang kecil yang terisi di kotak tersebut. Ada sebuah amplop surat berwarna biru yang masih terbungkus rapi terselip disana. Kubuka perlahan amplop itu dan kubaca isinya. Air mata kembali menetes ke pipiku. Surat ini, ah sudahlah… mungkin tidak akan pernah sampai ke tangannya dan tidak akan pernah dibaca sampai kapanpun. Biarkan saja surat ini kusimpan dan hanya diriku dan Tuhan yang tahu semua ini. Mungkin suatu hari, dia akan tahu perasaanku padanya seperti apa.
“Olinn? Kamu sudah ambil barang-barang bekasmu di gudang?” Tiba-tiba suara Mama yang terdengar dari ruang tengah yang memanggil namaku. Suara Mama yang super sibuk itu membuyarkan lamunanku.
“Iya Ma, ini aku lagi cari.”
“Kalau bisa cepetan sedikit dong, biar mama bisa masukin barang-barangmu ke kardus.”
“Iya maa..” sabar dikit napa
“Iya Ma, ini aku lagi cari.”
“Kalau bisa cepetan sedikit dong, biar mama bisa masukin barang-barangmu ke kardus.”
“Iya maa..” sabar dikit napa
Kemudian aku langsung memasukkan barang-barang yang kupegang tadi ke dalam kotak kecil itu. Dan langsung mencari-cari barang-barang bekasku yang mungkin masih bisa dipakai dan harus dipastikan terbungkus di dalam kardus semuanya.
“Sini mama bungkusin biar cukup di kardus. Baju-bajumu dan perlengkapanmu sudah dimasukin di kardus semua? Cukup gak?.” Tanya mama setelah aku memberikan barang-barangku sehabis dari gudang.
“Sudah beres semua ma, cukup kok. Kardusnya kan besar banget.”
“Oh bagus deh kalau udah beres semuanya. Mama gak sabar banget buat besok lusa, biar cepat-cepat pindah ke rumah baru. Maklumin aja, ini kan rumah pertama kita yang papa sama mama bangun pakai uang sendiri. Udah gitu besar lagi.” Kata mama sambil memasukkan barang-barangku dengan teliti ke dalam kardus. Aku hanya bisa diam dan tersenyum melihatnya.
“Sini mama bungkusin biar cukup di kardus. Baju-bajumu dan perlengkapanmu sudah dimasukin di kardus semua? Cukup gak?.” Tanya mama setelah aku memberikan barang-barangku sehabis dari gudang.
“Sudah beres semua ma, cukup kok. Kardusnya kan besar banget.”
“Oh bagus deh kalau udah beres semuanya. Mama gak sabar banget buat besok lusa, biar cepat-cepat pindah ke rumah baru. Maklumin aja, ini kan rumah pertama kita yang papa sama mama bangun pakai uang sendiri. Udah gitu besar lagi.” Kata mama sambil memasukkan barang-barangku dengan teliti ke dalam kardus. Aku hanya bisa diam dan tersenyum melihatnya.
Keluargaku memang akan pindah rumah (boyongan) besok lusa. Kami akan pindah ke kota Selong, Lombok Timur. Jaraknya memang agak jauh dari kota Mataram (kota yang selama ini kami tempati). Setelah sekian lama (sekitar sembilan tahun) kami tinggal di rumah kontrakan yang kecil dan sumpek ini, akhirnya kami pindah rumah. Jujur, aku masih belum siap meninggalkan rumah ini. Karena di rumah inilah aku tumbuh besar hingga menjadi gadis remaja seperti sekarang ini. Aku ingat saat aku baru menginjak kelas satu SD keluarga kami pindah dari kota Bima ke Mataram. Saat itu aku merengek tidak mau tinggal di Mataram karena aku masih belum bisa berpisah dengan teman-teman kecilku yang berada di Bima. Namun, lama kelamaan aku bisa menerima suasana tempat tinggal baruku dan mulai beradaptasi dengan baik, seperti memulai hidup baru.
Dan sekarang kejadian itu terulang kembali. Aku masih belum bisa berpisah dengan semua ini, mulai dari teman-temanku, suasana rumah kontrakan yang kecil dan sumpek ini, dan segala hal yang yang pernah aku alami di kota ini. Aku pasti akan merindukan itu semua. Tapi mau bagaimana lagi, keputusan tetap keputusan. Kami akan tetap pindah besok lusa. Andai saja waktu dapat diputar kembali, aku hanya ingin mengulang masa-masa itu, masa dimana aku tidak akan pernah melupakannya dan tidak akan terhapus di memori otakku.
“Eh? Olin! Kenapa melamun? Kamu gak mau makan malam euh?” tiba-tiba suara kak Ayu lagi-lagi membuyarkan lamunanku. Aku langsung mengerjapkan mataku.
“nggak kok, olin cuma agak ngantuk.” Alasanku agar kakak tidak tahu apa yang aku pikirkan.
“hmm.. oke ayo kita makan.”
“nggak kok, olin cuma agak ngantuk.” Alasanku agar kakak tidak tahu apa yang aku pikirkan.
“hmm.. oke ayo kita makan.”
Kemudian kami pergi ke ruang makan dan makan malam bersama sambil bercengkrama. Sungguh makan malam yang mengesankan.
Jam sudah menunjukkan pukul Setengah sepuluh malam. Aku terus menatap layar ponselku dibalik selimut agar tidak ketahuan kak Ayu kalau aku belum tidur dan sedang memainkan ponsel. Jari-jariku hanya mengetik dan menghapus kata-kata. Itu saja yang kulakukan berulang kali, lama-lama rasanya aku seperti orang bodoh. Aku hanya ingin memberitahukan seseorang di luar sana bahwa besok lusa aku akan pindah rumah. Tapi aku tidak berani, aku takut karena mungkin akan dianggap berlebihan olehnya.
Lestarikan Budaya
Sekar adalah salah satu dari beberapa orang yang mengikuti sanggar tari Pustaka. Sanggar tari Pustaka memang terkenal dengan sanggar tari terbaik di kota ini. Bayangkan Sekar dan teman-teman Sekar sudah keliling dunia untuk menampilkan tarian khas Indonesia. Kira-kira Sekar dan teman-temannya sudah sampai di Australia, China, Filipina, Belanda, Jerman, Suriname, Jepang dll. Baru-baru ini saja katanya Sekar akan lomba menari tradisional hanya individu di singapura.
Memang kadangkala di sekolah Sekar diejek oleh teman-temannya yang sombong-sombong mereka tak mau berteman dengan Sekar karena ia adalah seorang yang sederhana apalagi begitu teman-temanya tau bahwa Sekar mengikuti sanggar tari tradisional, dan teman-teman Sekar menganggap Sekar “NGGAK LEVEL”. Tidak dengan Fifi ia bersahabat dengan Sekar sejak kecil jelas saja mereka bertetangga. Sekar memberikan surat untuk bu Lina “Sekar semoga sukses ya..” sekar menjawab “iya bu.. terimakasih”.
Saat istirahat kelompok teman-teman yang sombong berkumpul yaitu Angel, Chatrin, Oca, Vita, Clarin mereka membicarakan Sekar Angel berkata “halah paling Cuma nari-nari di rumah saudaranya hahaha NGGAK LEVEL” kata mereka hampir bersamaan. Seminggu telah berlalu dan Sekar memberitaukan bahwa ia menari tradisional individu mendapat juara 2.
Inspirasiku Lewat Musik
Musik adalah kata yang paling aku sukai, karena dari dalam kata itulah, aku menemukan makna tentang arti dari kehidupan. Terlebih lagi ketika aku berjumpa dengan salah satu cowok bernama Akmal. Akmal itu cowok yang keren, yang paling aku kagumi dari dia, pengetahuan yang dia miliki tentang musik sangat banyak. Aku terbantu oleh dia, bakat ku dalam memainkan musik makin bertambah, semua itu berkat dia.
Ketika kendaraan yang aku tumpangi berhenti akibat desakan dari lampu merah, pada saat itu aku mendengar suara yang meluluhkan hatiku. Suara yang begitu indah kedengaran masuk ke dalam selaput gendang telinga ku, tak kusangka suara itu berasal dari seorang pengamen jalanan. Pengamen yang identik dengan penampilan yang bajunya compang-camping, robek sana, robek sini. Tetapi aku takjub melihat mereka. Seorang seniman yang nasibnya kurang beruntung.
Sehabis melihat pengamen itu, aku langsung menuju ke kediaman Akmal.
“Cika, tadi aku mendengar suara seseorang yang sangat menusuk sukma jantungku,”
“Memangnya suara macam apa yang dapat membuat hatimu menjadi luluh begitu, kamu saja tidak punya hati”
“Suaranya si pengamen, pasti kamu tidak percaya kan?” Sambil meminum kopi, milik Akmal.
“hahaha, percaya saja lah, daripada membuat mu menjadi gelisah memikirkan sih pengamen itu” dengan nada menyindir.
“Begini saja, kalau kamu tidak percaya, ikut denganku, mari kita dengar sama-sama suara cewek itu”
Sehabis melihat pengamen itu, aku langsung menuju ke kediaman Akmal.
“Cika, tadi aku mendengar suara seseorang yang sangat menusuk sukma jantungku,”
“Memangnya suara macam apa yang dapat membuat hatimu menjadi luluh begitu, kamu saja tidak punya hati”
“Suaranya si pengamen, pasti kamu tidak percaya kan?” Sambil meminum kopi, milik Akmal.
“hahaha, percaya saja lah, daripada membuat mu menjadi gelisah memikirkan sih pengamen itu” dengan nada menyindir.
“Begini saja, kalau kamu tidak percaya, ikut denganku, mari kita dengar sama-sama suara cewek itu”
Arti Sebuah Kehidupan
Tarakan kota tercinta, dimana limpahan semua kekayaaan alam ada disana. Ikan, minyak bumi, dan masih banyak lagi kekayaan alam yang berlimpah di kota Tarakan yang kucinta. Ya, walaupun masih banyak orang yang tidak bertanggung jawab dan salah memanfaatkan kekayaan alam di kota Tarakan.
Aku dilahirkan di keluarga sederhana, ayahku seorang nelayan yang sebulan beberapa kali pergi melaut. Ayahku selalu meninggalkanku dan keluargaku untuk mencari nafkah di laut sana. Sekali melaut hampir satu minggu ayahku tidak pulang. Hasil tangkapannya pun selalu menjadi masalah, kalau ikan yang di dapat sedikit, sedikit pula rupiah yang di dapat Ayahku. Tapi kalau laut bersahabat Ayahku bisa membawa rupiah yang banyak untuk kelangsungan hidup keluargaku. Sedangkan Ibuku seorang ibu rumah tangga, walaupun seorang ibu rumah tangga, beliau adalah seorang penyemangat bagiku untuk lebih baik dan ayahku untuk lebih semangat dalam mencari nafkah.
Di masa perpisahan SMP Negeri 1 Tarakan sangat mengharukan. Aku dan teman-temanku harus berpisah setelah ini. Masuk di sekolah yang kami dambakan merupakan hal yang paling kami tunggu…
Dan hari ini adalah dimana pendaftaran di SMK Negeri 1 dimulai…
Dan hari ini adalah dimana pendaftaran di SMK Negeri 1 dimulai…
Semua orang dari semua SMP datang kesini untuk mengambil satu tempat duduk di setiap kelas salah satunya adalah Aku…
Di hari pendaftaran tujuan pertama ku adalah jurusan Akuntansi, di jurusan ini banyak diminati. Ya termasuk Aku yang kepingin masuk di jurusan ini…
Tapi sepertinya Tuhan berkehendak lain, aku tergusur dari daftar nama di jurusan tersebut. Hatiku sangat kacau dan gelisah. Aku harus menarik kembali berkasku dan berpikir jurusan mana yang bisa kumasuki. Lalu terlintaslah…
“Hotel.” Ucap Aku sambil melihat tempat pendaftaran tersebut.
Aku berpikir tentang hotel dan membuka wawasanku tentang hotel. Aku melihat orang-orang hotel mempunyai performance yang sangat bagus dan etika serta bahasa yang mereka gunakan sangat sopan. Akhirnya kaki Aku terlangkah di jurusan hotel…
Tapi mungkin Aku harus bersaing bobot dengan orang-orang yang mendaftar di jurusan Hotel…
Di hari pendaftaran tujuan pertama ku adalah jurusan Akuntansi, di jurusan ini banyak diminati. Ya termasuk Aku yang kepingin masuk di jurusan ini…
Tapi sepertinya Tuhan berkehendak lain, aku tergusur dari daftar nama di jurusan tersebut. Hatiku sangat kacau dan gelisah. Aku harus menarik kembali berkasku dan berpikir jurusan mana yang bisa kumasuki. Lalu terlintaslah…
“Hotel.” Ucap Aku sambil melihat tempat pendaftaran tersebut.
Aku berpikir tentang hotel dan membuka wawasanku tentang hotel. Aku melihat orang-orang hotel mempunyai performance yang sangat bagus dan etika serta bahasa yang mereka gunakan sangat sopan. Akhirnya kaki Aku terlangkah di jurusan hotel…
Tapi mungkin Aku harus bersaing bobot dengan orang-orang yang mendaftar di jurusan Hotel…
Beberapa hari kemudian, hari dimana penutupan pendaftaran…
Gugup, gelisah, dan takut di gusur itulah perasaan yang kurasa saat ini. Bukan hanya aku yang memiliki perasaan seperti itu tapi semua orang yang mendaftar disana…
Beberapa menit sebelum penutupan pendaftaran…
“3…2…1. Yeah!!!” sorak semua orang disana dengan gembira maupun orang tua dan anaknya yang mendaftar. Termasuk aku dan orang tuaku.
Aku masih tidak percaya bisa masuk ke SMK Negeri 1 Tarakan walaupun bukan jurusan yang kuinginkan tapi jurusan Hotel akan membantuku dalam menimba ilmu selama di SMK Negeri 1 dan mencapai cita-citaku…
Gugup, gelisah, dan takut di gusur itulah perasaan yang kurasa saat ini. Bukan hanya aku yang memiliki perasaan seperti itu tapi semua orang yang mendaftar disana…
Beberapa menit sebelum penutupan pendaftaran…
“3…2…1. Yeah!!!” sorak semua orang disana dengan gembira maupun orang tua dan anaknya yang mendaftar. Termasuk aku dan orang tuaku.
Aku masih tidak percaya bisa masuk ke SMK Negeri 1 Tarakan walaupun bukan jurusan yang kuinginkan tapi jurusan Hotel akan membantuku dalam menimba ilmu selama di SMK Negeri 1 dan mencapai cita-citaku…
Hari pertama masuk sekolah…
Hari pertama memakai baju putih abu-abu, semua orang yang sebaya denganku sangat bangga memakai seragam itu. Aku juga bangga memakai seragam ini dan bisa bersekolah disini.
Aku memasuki kelasku yang berada di lantai dua, disana aku melihat beragam gambar tentang jurusanku. Dan mulai saat itu aku menyukai jurusan ini…
Aku juga bertemu dengan teman-teman baru, mereka merupakan keluarga besar anak Perhotelan dari yang teman sekelasku sampai kakak kelas duabelasnya. Aku senang disini berteman dan bertemu dengan banyak karakter orang di SMK Negeri 1 Tarakan. Merekalah yang menghiasi kehidupanku dengan berbagai macam warna…
Hari pertama memakai baju putih abu-abu, semua orang yang sebaya denganku sangat bangga memakai seragam itu. Aku juga bangga memakai seragam ini dan bisa bersekolah disini.
Aku memasuki kelasku yang berada di lantai dua, disana aku melihat beragam gambar tentang jurusanku. Dan mulai saat itu aku menyukai jurusan ini…
Aku juga bertemu dengan teman-teman baru, mereka merupakan keluarga besar anak Perhotelan dari yang teman sekelasku sampai kakak kelas duabelasnya. Aku senang disini berteman dan bertemu dengan banyak karakter orang di SMK Negeri 1 Tarakan. Merekalah yang menghiasi kehidupanku dengan berbagai macam warna…
Perjalanan sebagai siswa di SMK ini pun di mulai, tugas ulangan harian, ulangan tengah semester dan pelajaran tentang jurusanku pun dimulai sampai akhirnya…
“aduh capek.” Ucap salah satu temanku dengan lesu.
“Capek kenapa?” tanyaku dengan heran.
“Capeklah dengar guru itu mengomel terus, capek dengarnya.” Jelas dengan lesu.
“Kirain apa? Ternyata…” ucapku mengerti.
“Kau enak, Gafur. Kamu pintar enak kamu.” Sahutnya.
“Nggak juga.” Sahutku.
Terkadang ada guru, ada teman-temanku yang membuatku dan teman-teman merasa terganggu, termasuk aku. Tapi aku nggak mau mempunyai musuh atau orang yang memusuhiku, jadi sejelek apapun orang itu, sejahat apapun orang itu, kalau kita baik kepada dia untuk apa dia memusuhi kita? Itulah prinsip yang selalu aku pegang selama berada di SMK ini…
“aduh capek.” Ucap salah satu temanku dengan lesu.
“Capek kenapa?” tanyaku dengan heran.
“Capeklah dengar guru itu mengomel terus, capek dengarnya.” Jelas dengan lesu.
“Kirain apa? Ternyata…” ucapku mengerti.
“Kau enak, Gafur. Kamu pintar enak kamu.” Sahutnya.
“Nggak juga.” Sahutku.
Terkadang ada guru, ada teman-temanku yang membuatku dan teman-teman merasa terganggu, termasuk aku. Tapi aku nggak mau mempunyai musuh atau orang yang memusuhiku, jadi sejelek apapun orang itu, sejahat apapun orang itu, kalau kita baik kepada dia untuk apa dia memusuhi kita? Itulah prinsip yang selalu aku pegang selama berada di SMK ini…
Semua Karena-Nya
Tahun ini adalah tahun yang menyedihkan bagi icha, karena dia harus kehilangan kedua orang tuanya saat kecelakaan maut, saat itu icha sedang mengikuti acara pepisahan di sekolahnya, akhirnya diapun sekarang hidup sendirian, setelah kepergian kedua orang tuanya icha menjadi lebih pendiam dan suka melamun, kadang-kadang aku melihatnya menangis. Aku sebagai teman tak dapat berbuat apa-apa, hidup seseorang sudah di atur walau icha tak pernah terima kedua orang tua nya meninggal secepat itu tapi itulah rencana tuhan, aku yakin di balik semua ini ada kebahagiaan untuk icha.
Aku mengenal icha sejak smp, dan tahun ini pun kami juga satu kampus, awalnya sih icha nggak mau kuliah, tetapi kedua orang tuaku menasehat iicha. Dan ichapun mau kuliah, aku udah nganggep icha sebagai saudaraku sendiri.
“cha, pulang sekolah ke toko buku yuk? “ ucapku pada icha
“gue males” katanya, sifat icha berubah, dia dulu penuh dengan keceriaan, sekarang sepertinya udah lenyap.
“emmm… ya udah “ ucapku, aku tak mau memaksa icha.
“cha, pulang sekolah ke toko buku yuk? “ ucapku pada icha
“gue males” katanya, sifat icha berubah, dia dulu penuh dengan keceriaan, sekarang sepertinya udah lenyap.
“emmm… ya udah “ ucapku, aku tak mau memaksa icha.
Reza menghampiri kami berdua, dia adalah teman kami, dia juga menaruh hati sama icha, tapi ketika reza mengungkapkan perasaannya pada icha, icha malah jadi benci dengan reza,
“heii Nell” sapa reza padaku, tapi dia juga sedikit melirik icha,
“heeii juga, ada apa za?” tanyaku, sedangkan icha masih diam, bahkan dia mengalihkan pandangannya dari aku dan reza.
“ini, anak-anak ngadain malam tahun baru di puncak, jadi aku harap kamu juga ikut” katanya sambil memberikan sebuah kertas kepadaku yang bertuliskan “ajak icha juga ya” berserta tanda smile dibawahnya, aku hanya tersenyum.
“Ya udah gue cabut dulu” katanya kemudian meninggalkan kami, tapi dia masih juga cari kesempatan melirik icha.
“cha, ikut ya” kataku
“nggak” katanya singkat
“ayolah cha, please, nanti kalau gue pergi sendirian pasti nggak di izinin, dan pastinya disana ada adit, please ya cha, lo gak kasihan sama gue, lo tau kan gue suka sama adit” ucapku sedikit memohon.
Icha menatapku tajam, sedikit takut sih kalau di lihatin icha kayak gini.
“ok, demi lo” ucapnya
“beneran? Yeezzz” ucapku sambil memeluk icha, walau icha berusaha melepasskan pelukanku, tapi aku malah memeluknya dengan erat.
“heii Nell” sapa reza padaku, tapi dia juga sedikit melirik icha,
“heeii juga, ada apa za?” tanyaku, sedangkan icha masih diam, bahkan dia mengalihkan pandangannya dari aku dan reza.
“ini, anak-anak ngadain malam tahun baru di puncak, jadi aku harap kamu juga ikut” katanya sambil memberikan sebuah kertas kepadaku yang bertuliskan “ajak icha juga ya” berserta tanda smile dibawahnya, aku hanya tersenyum.
“Ya udah gue cabut dulu” katanya kemudian meninggalkan kami, tapi dia masih juga cari kesempatan melirik icha.
“cha, ikut ya” kataku
“nggak” katanya singkat
“ayolah cha, please, nanti kalau gue pergi sendirian pasti nggak di izinin, dan pastinya disana ada adit, please ya cha, lo gak kasihan sama gue, lo tau kan gue suka sama adit” ucapku sedikit memohon.
Icha menatapku tajam, sedikit takut sih kalau di lihatin icha kayak gini.
“ok, demi lo” ucapnya
“beneran? Yeezzz” ucapku sambil memeluk icha, walau icha berusaha melepasskan pelukanku, tapi aku malah memeluknya dengan erat.
Yang Terbaik
Dari kecil hingga sekarang hidupku selalu di iringi dengan mulut berbisa. Aku selalu merasakan depresi dalam menjalani hidup ini. Seperti tidak ada harapan untuk menyambut masa depan yang indah. Di kepalaku hanya masa depan yang suram saja. Setiap aku berangkat sekolah di perjalanan aku selalu di ejek dan di caci-maki oleh pelajar dari sekolah lain bahkan orang dewasa, maupun anak kecil juga seperti itu.
Di siang hari ketika aku pulang sekolah aku bertemu dengan tiga anak perempuan yang se–umuran dengan ku, ketika mereka melihatku mereka tertawa kecil. Di dalam hatiku berkata “sepertinya puas sekali yaa… Men-tertawakan orang lain karena keburukan fisiknya sedangkan mereka tidak mau jika di tertawakan seperti itu.” lalu aku secepatnya pergi dan menuju ke rumah.
Kebohongan Yang Indah
Ketika pagi akan menjelang, rerumputan masih terbasahi embun yang memaksa mendinginkan udara pagi di kaki bukit Gunung Slamet. Embun pula yang meneteskan air di dedaunan pohon-pohon hijau.
Ayam-ayam berkokok saling bersahutan menandakan kesibukan manusia akan segera dimulai, bagaikan opera alami yang natural.
Ayam-ayam berkokok saling bersahutan menandakan kesibukan manusia akan segera dimulai, bagaikan opera alami yang natural.
Sebelum bangun, mata ku selalu melirik ke arah jam dinding untuk memastikan benar-benar pagi telah layak untuk disambut. Setiap pagi sebelum azdan berkumandang selalu terdengar rintihan pintu rumah kayu kami ketika dibuka.
Kreettt, Bapak membuka pintu sembari berteriak memanggil dan mengajaku untuk pergi bersama sholat berjamaah di mushola tak jauh dari rumah kami.
Kreettt, Bapak membuka pintu sembari berteriak memanggil dan mengajaku untuk pergi bersama sholat berjamaah di mushola tak jauh dari rumah kami.
“Royan, bergegaslah ke mushola, bapak tunggu!”
“Iya pak, Royan segera menyusul”
“Iya pak, Royan segera menyusul”
Sepulang ku dari mushola, aku langsung bergegas membantu ibu ku yang sedang sibuk memasak untuk keperluannya berjualan nasi di depan rumah kami. Ya, aku adalah anak seorang penjual nasi, hidup kami sederhana, tak banyak keinginan kami yang bisa tercapai. Sejak kecil Bapak ku selalu mengajari ku untuk tidak banyak berharap kemauannya bisa terpenuhi meskipun aku adalah anak tunggal.
Nanti adalah hari yang berarti bagi ku, hasil sekolah ku selama 3 tahun akan diwakili keberhasilannya oleh hasil ujian nasional yang hanya 4 hari. Aku mengingatkan lagi kepada Bapak ku kalau nanti sebelum jam 1 siang beliau harus sudah ada di sekolah ku untuk mengambil pengumuman yang aku dan teman-teman lain nanti-nanti.
Menggenggam Impian
Tengah hari itu, kabupaten Lahat seakan membara. Hujan yang tak kunjung datang membuat matahari berpijar di tengah petala langit. Tanah mulai gersang berselabut debu seakan menyemburkan uap api neraka yang mendidih panas. Siswa SMA Negeri 4 Lahat berteduh di bawah atap kelasnya untuk melaksanakan bimbel siang. Sekolah yang berada di tengah hutan, jauh dari hingar bingar keramaian. Masyarakatnya masih mempercayai kepercayaan nenek moyang.
Meski begitu, ternyata berbeda halnya dengan lingkungan di dalam sekolah SMANPALA? SMA Negeri 4 Lahat? yang bernuansa Islami. Sekolah ini bertaraf internasional. Belajar dari pagi sampai malam sehingga keakraban siswa, guru dan seluruh penghuni SMANPALA sangat erat.
Meski begitu, ternyata berbeda halnya dengan lingkungan di dalam sekolah SMANPALA? SMA Negeri 4 Lahat? yang bernuansa Islami. Sekolah ini bertaraf internasional. Belajar dari pagi sampai malam sehingga keakraban siswa, guru dan seluruh penghuni SMANPALA sangat erat.
Iffah, salah seorang siswi kelas XII IPA-1, berbalut jilbab pink seragam sekolahnya yang rapi, gede dan syar’i menambah keanggunannnya. Iffah saat itu tengah sibuk mengerjakan soal-soal untuk persiapan ujian nasional yang tinggal hitungan hari. Meski itu momok yang sangat menakutkan, Iffah tetap yakin. Insya Allah bisa menaklukkannya dengan berusaha dan berdoa kepada Allah.
Diam-diam ternyata Iffah memiliki segenggam impian yang tertulis besar di whiteboard dinding kamarnya. Tertulis “Universitas Al-Azhar. Man Jadda Wajadda.” Entah angin apa yang membawanya bermimpi sampai ke negeri Fir’aun itu. Azzam Iffah semakin kuat seperti bangunan piramida yang takkan roboh oleh terpaan badai. Tekadnya semakin bulat meski terkadang terdengar suara bisik-bisik orang yang mematahkan semangatnya.
“Hei! Tinggi sekali mimpimu, tidak akan mungkin kau bisa ke sana!” Kata mereka dengan nada mengejek.
Hati Iffah seakan luluh lantak demi mendengar orang yang mengejek impiannya. Namun, Iffah mengibas suara ejekan itu? seakan tak mendengar. Membalas dengan menyunggingkan secercah senyuman manis di wajahnya. Ternyata dibalik senyuman manisnya itu, hatinya menjerit pedih hingga ke ulu hati. Laa tahzan, Innallaha ma’ana. Batin Iffah lirih dalam hatinya.
Hati Iffah seakan luluh lantak demi mendengar orang yang mengejek impiannya. Namun, Iffah mengibas suara ejekan itu? seakan tak mendengar. Membalas dengan menyunggingkan secercah senyuman manis di wajahnya. Ternyata dibalik senyuman manisnya itu, hatinya menjerit pedih hingga ke ulu hati. Laa tahzan, Innallaha ma’ana. Batin Iffah lirih dalam hatinya.
Malam mulai menuju tengahnya. Iffah pun bangkit dari tidurnya untuk menjalankan shalat malam demi mewujudkan mimpinya. Dalam keheningan malam itu, Iffah berpegang pada tangisan, untaian doa, menghirup bau malam dan menikmati keajaiban istighfar. Iffah mengadukan keluh kesahnya yang memberontak di dalam dada kepada pemilik takdirnya. Bibirnya bergetar dan air mata menderai-derai membasahi mukena ungunya.
“Ya Allah, Engkau mengetahui impianku ini, hanya kepada-Mu hamba meminta. Ya Allah, hamba bermimpi ingin berkuliah di Universitas Al-Azhar. Jika itu yang terbaik berikanlah petunjuk dan kemudahan bagi hamba, Ya Allah. Niatku hanya untuk-Mu. Hamba ingin memperdalam ilmu agama sehingga ilmu itu bisa hamba amalkan dan tersampaikan kepada kaum muslimin dan muslimat. Ya Allah, sesungguhnya hanya Engkau yang mengetahui rahasiaku dan hal yang aku tampakkan. Maka terimalah segala udzur-ku, kabulkanlah yang aku butuhkan, berikanlah kepadaku apa-apa yang aku minta. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hatiku, mengetahui masalah duniaku, agamaku dan akhiratku. Sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu.”
Itulah untaian doa yang kerap terlantun dari bibirnya. Doa-doa yang terangkai dari lubuk hati yang terdalam. Kalimat yang tersusun dari gejolak yang sering memberontak dalam jiwanya. Hati yang sering menjerit ketika ada orang-orang yang mengejek impiannya.
“Ya Allah, Engkau mengetahui impianku ini, hanya kepada-Mu hamba meminta. Ya Allah, hamba bermimpi ingin berkuliah di Universitas Al-Azhar. Jika itu yang terbaik berikanlah petunjuk dan kemudahan bagi hamba, Ya Allah. Niatku hanya untuk-Mu. Hamba ingin memperdalam ilmu agama sehingga ilmu itu bisa hamba amalkan dan tersampaikan kepada kaum muslimin dan muslimat. Ya Allah, sesungguhnya hanya Engkau yang mengetahui rahasiaku dan hal yang aku tampakkan. Maka terimalah segala udzur-ku, kabulkanlah yang aku butuhkan, berikanlah kepadaku apa-apa yang aku minta. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hatiku, mengetahui masalah duniaku, agamaku dan akhiratku. Sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu.”
Itulah untaian doa yang kerap terlantun dari bibirnya. Doa-doa yang terangkai dari lubuk hati yang terdalam. Kalimat yang tersusun dari gejolak yang sering memberontak dalam jiwanya. Hati yang sering menjerit ketika ada orang-orang yang mengejek impiannya.
Siangnya, Iffah bergegas melangkahkan kaki di tengah teriknya matahari yang mengikuti dirinya untuk pergi ke warnet mencari informasi seputar pendidikan Universitas Al-Azhar – Mesir. Tak lama browsing, Iffah menemukan informasi tentang “Persyaratan Seleksi Nasional Calon Mahasiswa Al-Azhar.” Kening Iffah seketika berkerut dan mulai putus asa ketika mengetahui informasi untuk seleksi test Al-Azhar harus lah memiliki ijazah Madrasah Aliyah dengan status akreditasi “DISAMAKAN” pada Universitas Al-Azhar.
Ya Allah, akankah impianku hanya berhenti sampai di sini? Tanya Iffah dalam hati seakan Allah berada di depan matanya, dengan berderai air mata.
Ya Allah, akankah impianku hanya berhenti sampai di sini? Tanya Iffah dalam hati seakan Allah berada di depan matanya, dengan berderai air mata.
Rintangan yang bertubi-tubi menerpa belum akan mematahkan semangatnya. Baginya rintangan ini adalah ujian yang tak perlu dikeluhkan tapi patut disyukuri. Ujian yang memberi berkah dan hidayah untuk semakin dekat kepada Allah. Di tengah ujian yang terus digelung nestapa rupanya Iffah teringat “mantra” Man Jadda Wajadda. Mantra yang sangat mujarab menguatkan azzam-nya. Iffah tetap kuat dan tersenyum menjalaninya meski tak tahu skenario apa lagi yang akan di perankannya. Suka duka dilaluinya dengan ber-khusnudzon kepada Allah. Iffah teringat pada sebuah ayat dalam firman Allah SWT; “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS.Al-Baqarah [2] : 216)
Iffah kemudian melanjutkan membaca informasi test Perguruan Tinggi Al-Azhar, Mesir yang tertulis :
1. Ujian Lisan (menggunakan bahasa arab)
Meliputi : Bahasa Arab (percakapan terjemah dan teks) dan hafalan/bacaan Al- Quran minimal 3 juz;
2. Ujian Tulis ( menggunakan bahasa arab)
Meliputi : Bahasa Arab (memahami teks, kata bahasa dan insya’) dan Pengetahuan Agama Islam (PAI).
Wajah Iffah tertunduk diam tak berkutik. Tangannya seakan membeku seketika. Namun tak lama kemudian, semua mencair dengan spontan. Wajah Iffah berubah tegap seakan baru saja ada yang membisikkan di telinga kanannya; “Fah, ingatlah janji Allah Kun Fayakun.” Hening. “Ya, ya, ya, kalam Allah itu seperti hidup, renyah, mengucurkan air segar pada pemahaman dibenakku akan janji Allah itu!” Dalam hati Iffah berteriak. Ghiroh Iffah drastis membuncah.
Iffah kemudian melanjutkan membaca informasi test Perguruan Tinggi Al-Azhar, Mesir yang tertulis :
1. Ujian Lisan (menggunakan bahasa arab)
Meliputi : Bahasa Arab (percakapan terjemah dan teks) dan hafalan/bacaan Al- Quran minimal 3 juz;
2. Ujian Tulis ( menggunakan bahasa arab)
Meliputi : Bahasa Arab (memahami teks, kata bahasa dan insya’) dan Pengetahuan Agama Islam (PAI).
Wajah Iffah tertunduk diam tak berkutik. Tangannya seakan membeku seketika. Namun tak lama kemudian, semua mencair dengan spontan. Wajah Iffah berubah tegap seakan baru saja ada yang membisikkan di telinga kanannya; “Fah, ingatlah janji Allah Kun Fayakun.” Hening. “Ya, ya, ya, kalam Allah itu seperti hidup, renyah, mengucurkan air segar pada pemahaman dibenakku akan janji Allah itu!” Dalam hati Iffah berteriak. Ghiroh Iffah drastis membuncah.
Tak Terpisahkan
“Aku jaga pos 1! Tapi, bareng sama Ishma ya! Pleaase,” begitu permintaan sahabatku, Aulia kepada Akbar, sekretaris OSIS di sekolahku. “Ah kalian ini memang tak pernah terpisahkan! Kalau nanti kalian malah sibuk bercanda gimana? Ini tuh penting. Untuk acara ulang tahun sekolah!” Bantah Nadia, sekretaris I “Halah, kamu sendiri milih sama Akbar kan tadi? Konsekuen dong!” Kataku setengah menggoda “Aku janji deh, bakalan serius!” Lanjutku.
Aulia memang sahabat terbaikku. Kita selalu bersama dimanapun dan kemanapun. Bahkan selalu sebangku. berturut-turut saat di kelas, les, mushola. Ah pokoknya kita tidak terpisahkan! Tapi walaupun begitu, kita tetap menjaga pergaulan dengan teman yang lain. Malahan jarang bergaul dengan Queen of class. Bosan. Yang dibahas hanya cowok, cowok dan cowok.
Aku tidak menyangka, sebuah insiden terjadi setelah kita belajar drama. Yaitu saat sedang takziah di rumah adik kelasku. Aku tidak tahu kenapa, sejak pagi dia terlihat tidak bersemangat. Menyapa ku pun tidak. Hanya melihat dengan senyum kecilnya. Aku memilih untuk tidak mengganggunya. Entahlah, tapi firasat ku tidak baik.
Rencana Allah Pasti Indah
Aku dikasih kabar oleh saudaraku yang bernama Pak Supri, bahwa akan ada pertunjukan wayang kulit di desanya pada hari Jum’at, tempatnya berada di lapangan. Dalangnya Ki. H. Anom Suroto dan Ki Bayu Aji. Jarak antara rumah Pak Supri dan rumahku kira-kira 21 Km, aku disuruh hadir ke sana untuk melihat pertunjukan wayang kulit, aku senang sekali karena Dalangnya adalah Dalang kesukaanku.
Aku pergi ke rumah temanku untuk membicarakan tentang pertunjukan wayang kulit, aku dan temanku memang suka wayang kulit, dan temanku memutuskan bahwa dia bisa melihat wayang kulit bersamaku, mendengar keputusannya, aku senang sekali, lalu aku langsung pamit dan menuju ke rumah pamanku untuk memberitahu bahwa akan ada pertunjukan wayang kulit di desa Pak Supri, dalangnya Ki. H. Anom Suroto dan Ki Bayu Aji.
Pamanku senang sekali setelah kuberitahu, dan aku langsung bergegas pulang ke rumah. Rumahku, rumah temanku dan rumah Pamanku masih dalam satu desa.
Aku dan Pamanku dari dulu memang suka dengan Dalang Ki. H. Anom Suroto dan Ki Bayu Aji, ditambah jarangnya Ki. H. Anom Suroto dan Ki Bayu Aji pentas di kota kami.
Aku dan Pamanku dari dulu memang suka dengan Dalang Ki. H. Anom Suroto dan Ki Bayu Aji, ditambah jarangnya Ki. H. Anom Suroto dan Ki Bayu Aji pentas di kota kami.
Hari Jumat yang di tunggu-tunggu pun tiba, waktu itu terjadi hujan deras di rumahku mulai pukul 18.00. Aku mulai berpikir, apakah nanti aku bisa melihat wayang kulit kalau hujan terus-terusan, aku marah kepada keadaan, aku marah kepada hujan, aku hampir marah kepada Allah, kenapa disaat aku ingin senang selalu dihalang-halangi oleh hujan.
Pertunjukan wayang kulit dimulai pukul 21.30, aku melihat jam sudah pukul 20.30 dan hujan pun tak kunjung reda, aku bergegas pergi ke rumah temanku, aku nekat, meskipun hujan, aku harus lihat.
Aku dan temanku memakai mantel dan pergi menuju tempat pertunjukan wayang kulit dengan menggunakan motor ditambah licinnya jalanan.
Aku dan temanku memakai mantel dan pergi menuju tempat pertunjukan wayang kulit dengan menggunakan motor ditambah licinnya jalanan.
Sementara itu, Pamanku belum berangkat dikarenakan hujan yang belum sepenuhnya reda dan pamanku tidak mempunyai motor.
Meski Tanpa Ayah
Pagi ini kusambut mentari pagi. Kulangkahkan kaki menuju sekolah, meski tak ada lagi yang mengantarku. Tak seperti dulu saat ayah di sisi ku Ia akan menyambut pagi ini dengan bunyi klakson motornya yang berisik tanda ia terlalu lama menunggu. Bunda akan melihatku dan mengantarku hingga di depan pintu dengan senyuman hangatnya.
Yahh, tapi itu dulu, saat ayah ada di antara kami, kini tak ada lagi senyuman hangat dari bunda, yang ada hanyalah muka letih karena terlalu lelah bekerja, yang ada hanyalah kerut muka tanda bertambah usia.
Yahh, tapi itu dulu, saat ayah ada di antara kami, kini tak ada lagi senyuman hangat dari bunda, yang ada hanyalah muka letih karena terlalu lelah bekerja, yang ada hanyalah kerut muka tanda bertambah usia.
Dulu aku berfikir betapa menyebalkan ayah dengan segala peraturan yang dibuatnya, tapi kini aku merindukan segala tutur katanya, betapa lembut belaian darinya, bahkan harum tubuhnya pun kini aku rindukan. Aku menyadari betapa pentingnya ia di hidupku, kini pelita itu telah hilang seolah pergi tanpa bayang. yang kucari tak lagi dapat kutemukan hanya angan yang tersisa.
Saat kepergian ayah, kurasakan kehilangan yang luar biasa, hatiku bergejolak, tapi kulihat Bunda ia seolah ingin melawan takdir, hatinya begitu tersayat, raungan kepedihan begitu mendalam di hatinya, berkali kali ia pingsan, menyebut nama ayah tanpa sadar.
Yah, lagi lagi itu dulu, kini aku bersama bunda memulai hidup baru, memulai menata hidup kami kembali, kini aku mulai menyongsong masa depan lagi lagi “Meski Tanpa Ayah” di sisi. Bunda mulai menerima kenyataan bahwa ayah telah tiada bersama kami. Bayang-bayang suara ayah akan keinginanya untuk agar aku menjadi dokter semakin membangkitkan emosi. Ayah, lihatlah aku, meski tanpamu kini aku bisa berdiri, dan meraih impian, tapi ini semua tak lepas dari keinginanmu. Love you ayah..
Langganan:
Postingan (Atom)