Selasa, 29 April 2014

Hidup Di Ujung Takdir

Di pagi nan cerah ada seorang anak perempuan bernama Dinda. Ia adalah gadis dari keluarga yang sangat sederhana. Kala itu Dinda berjalan kaki menuju sekolahnya yang tidak jauh dari rumahnya.
Di sekolah ia mengundang teman-temannya untuk datang ke acara ultahnya. Meskipun kecil-kecilan, Dinda mensyukuri hal tersebut. Disana terdapat seorang Anak sangat membenci Dinda. Dan berkata: “Teman-teman! kalian jangan mau datang kerumah Dinda. Mungkin disana kalian akan diminta sumbangan. Kan keluarga Dinda miskinnya sudah kelewatan!” Anak itu bernama MARSHA. Sementara itu Dinda hanya bersedih
Pada saat itu hari ulang tahun itu tiba, Dinda meminta persyaratan. Bahwa apabila datang ke acara ulang tahun, teman-temannya harus sopan dan bertatakrama. Pada saat itu Marsha juga datang ke acara tersebut. Tapi Marsha tidak menyetujuinya. Ia ingin sesuatu yang berbeda. Jadi, Dinda melaksanakan dua tempat ultah. Yang pertama: dengan penuh kesopanan dan di ruangan lain tidak menggunakan tatakrama sama sekali
Disaat itu Marsha merasakan ketidak nyamanan. ia berebut makanan, Jorok dimana-mana. Setelah itu, ia mencoba di tempat yang sopan. Disana Marsha merasakan ketenangan dan ia bisa makan dengan nyaman lalu Dinda memberikan minuman kepada Marsha. Tiba-tiba ia terjatuh, dan minumannya mengenai baju Marsha. Marsha pun pulang dengan keadaan emosi.
Cerpen Hidupku Di Ujung Takdir
Di sekolahnya Dinda di fitnah oleh Marsha. “hei teman-teman, jika ulang tahun Dinda kemarin harus berlaku sopan agar tidak terjadi kerusuhan, mengapa Dinda mengingkari janji? dia sendiri yang menyiram baju ku dengan minumannya”. Kemudian Dinda menjawab “Aku tidak ingkar janji kok! Lagi pula awalnya aku mw ngasih minuman ke Marsha. Tapi tiba-tiba aku terjatuh, dan minuman itu terkena ke baju Marsha”, jelas Dinda. Marsha terus memfitnah Dinda “sok baik banget loe! pura-pura baik kepada gue!”, lalu Dinda menjawab “nggak kok! Aku tidak berpura-pura aku itu tulus memberi kepada mu. Karna setelah kamu makan, kamu pasti haus. Jadi, maaf ya jika kamu menganggap ku salah!”.
Makin lama perdebatan itu makin rusuh. Marsha selalu menjelek-jelekkan Dinda. Tapi, Dinda selalu merendahkan diriya selalu bersedih karena hal itu.
Sepulang sekolah waktu Dinda berada di pertengahan jalan. ia merasakan firasat yang buruk akan menimpa. ternyata, tak lama kemudian, ia tak sadarkan diri. ia sedang diculik. hari pun mulai petang. orangtua Dinda merasa cemas karena anak sematawayangnya itu tak kunjung pulang. Hari demi hari orangtua Dinda terus bersedih. ia menyuruh semua warga agar mencari Dinda. tapi tak kunjung berhasil. Tetap saja Dinda tak ditemukan. saat itu sang ibu mencari Dinda. pada saat kelelahan, ia jatuh pingsan dan dibawa ke rumah sakit. dokter mengatakan bahwa ibu Dinda sudah tiada. karena kepalanya terbentur sangat keras dengan batu.
Waktu Dinda sanggup melepaskan diri dari penculikan, Dinda pun pulang. Disana ia bersedih karena tidak bisa bertemu dengan ibunya. dalam waktu detik detik terahir. kini tinggalah kenagan indah dan batu nisan yang dijumpainya.
Kepedihan itu membuat jiwa dinda terganggu. Ayah Dinda membujuk agar tidak bersikap seperti itu akhirnya hari demi hari Dinda mulai normal kembali.
Selang beberapa hari, ayah Dinda sedang mengidap penyakit kanker. Dinda pun pasrah. tak lama kemudian, ayah Dinda meninggal. kini dia menjadi anak yatim piatu. ia hanya tinggal bersama tantenya. kabut hitam membayangi hari harinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar