Senin, 28 April 2014

Semua Karena-Nya

Tahun ini adalah tahun yang menyedihkan bagi icha, karena dia harus kehilangan kedua orang tuanya saat kecelakaan maut, saat itu icha sedang mengikuti acara pepisahan di sekolahnya, akhirnya diapun sekarang hidup sendirian, setelah kepergian kedua orang tuanya icha menjadi lebih pendiam dan suka melamun, kadang-kadang aku melihatnya menangis. Aku sebagai teman tak dapat berbuat apa-apa, hidup seseorang sudah di atur walau icha tak pernah terima kedua orang tua nya meninggal secepat itu tapi itulah rencana tuhan, aku yakin di balik semua ini ada kebahagiaan untuk icha.
Aku mengenal icha sejak smp, dan tahun ini pun kami juga satu kampus, awalnya sih icha nggak mau kuliah, tetapi kedua orang tuaku menasehat iicha. Dan ichapun mau kuliah, aku udah nganggep icha sebagai saudaraku sendiri.
“cha, pulang sekolah ke toko buku yuk? “ ucapku pada icha
“gue males” katanya, sifat icha berubah, dia dulu penuh dengan keceriaan, sekarang sepertinya udah lenyap.
“emmm… ya udah “ ucapku, aku tak mau memaksa icha.
Reza menghampiri kami berdua, dia adalah teman kami, dia juga menaruh hati sama icha, tapi ketika reza mengungkapkan perasaannya pada icha, icha malah jadi benci dengan reza,
“heii Nell” sapa reza padaku, tapi dia juga sedikit melirik icha,
“heeii juga, ada apa za?” tanyaku, sedangkan icha masih diam, bahkan dia mengalihkan pandangannya dari aku dan reza.
“ini, anak-anak ngadain malam tahun baru di puncak, jadi aku harap kamu juga ikut” katanya sambil memberikan sebuah kertas kepadaku yang bertuliskan “ajak icha juga ya” berserta tanda smile dibawahnya, aku hanya tersenyum.
“Ya udah gue cabut dulu” katanya kemudian meninggalkan kami, tapi dia masih juga cari kesempatan melirik icha.
“cha, ikut ya” kataku
“nggak” katanya singkat
“ayolah cha, please, nanti kalau gue pergi sendirian pasti nggak di izinin, dan pastinya disana ada adit, please ya cha, lo gak kasihan sama gue, lo tau kan gue suka sama adit” ucapku sedikit memohon.
Icha menatapku tajam, sedikit takut sih kalau di lihatin icha kayak gini.
“ok, demi lo” ucapnya
“beneran? Yeezzz” ucapku sambil memeluk icha, walau icha berusaha melepasskan pelukanku, tapi aku malah memeluknya dengan erat.
Malam tahun barupun tiba, aku dan icha pergi ke puncak sesuai yang dikatakan reza. suasana malam tahun baru pastinya rame, reza menghampiri kami.
“malam ladies” katanya
“malam juga” ucapku sambil memberikan kode ke reza, lihat ni icha ikutkan.
“haii cha” ucapnya pada icha, waahh berani juga dia nyapa icha. Tapi icha tak menjawab, aku pun menyenggol tangannya. Dia melirikku.
“hai juga” katanya tapi masih cuek, aku tau icha butuh seseorang yang mengerti hatinya, aku yakin dia tak membenci reza, hanya saja dia belum mau membuka hatinya.
“oh iya cha, gue tadi janjian sama adit, jadi gue tinggal dulu yach” ucapku sambil melirik reza, aku tau kalian butuh ngomong berdua.
“kok gitu” ucap icha, tapi aku malah mencium pipinya dan pergi. “Nella” teriaknya padaku tetapi aku tetap meninggalkan mereka.
“cha, malam ini kamu terlihat cantik” puji reza.
“makasih” ucap icha singkat. Lalu reza mengajak Icha duduk di taman, icha pun tak menolak, karena dia udah janji sama aku kalau dia nggak akan nyuekin reza.
“bentar lagi tahun berganti, apa yang lo inginkan cha?” Tanya reza. Tetapi icha hanya diam mendengar pertanyaan reza, dalam hati kecilnya banyak jawaban atas pertanyaan itu,.
“aku ingin mama sama papa” ucapnya kemudian, reza yang mendengar ucapan icha menghela nafas, kemudian di memberanikan diri menatap icha dan berkata “cha, hidup dan mati seseorang tu udah di atur sama tuhan, nggak ada yang bisa menghetikannya, termasuk kamu. Jika kamu terus bersikap seperti ini, mama dan papa kamu pasti akan sedih di atas sana” ucap reza, entah apa yang dirasakan icha, dia menangis mendengar kata-kata itu.
“cha, hidup itu karunia tuhan jalani semua dengan keihklasan, ketabahan dan kesabaran. Apa yang kita inginkan memang belum tentu terkabulkan, tapi yakinlah semua yang terjadi di hidup kita pasti ada hikmahnya.” Lanjut reza, yang membuat icha semakin menangis terisak-isak, icha tak mampu mengeluarkan kata-kata hanya tangisan yang menjawabnya.
Reza memeluk icha, dia merasakan apa yang dirasakan icha, dalam pelukan reza ichapun mengeluarkan semua air matanya. Hingga dia sadar semua adalah kehendak tuhan. Hidup kita sudah di atur, kapan tuhan akan mengambil kita kembali.
“za, maafin aku, aku terlalu egois” ucap icha. Tapi reza malah menutup mulut icha, dan menunjuk ke atas langit, selang beberapa detik ribuan kembang api di nyalakan, dan tahun barupun tiba. Icha yang melihat langit mersakan hidupnya kembali. Malam ini icha merasa bahagia, dalam batinnya “mama papa, icha yakin kalian selalu menjaga icha, I miss u “
“Truz za apa nih harapan lo?” Tanya icha pada reza
“Gue?” kata reza sambil memikirkan apa harapan yang di inginkan, tapi kemudian dia menjawab “Elo” katanya. Icha yang mendengar jawaban reza hanya tersenyum. Lalu mereka ikut bergabung dengan aku dan adit, melihat wajah icha aku merasa bahagia, dia menyalakan kembang api bersama reza.. aku melihat jelas senyuman icha yang beberapa bulan menghilang kini kembali lagi.
“cha” kataku sambil memeluk icha, kali ini icha tak melepaskan pelukanku dia malah memelukku erat.
“maafin gue nell” ucapnya, aku hanya menganggukan kepala.
Setelah acara itu icha lebih ceria, kami juga sering tertawa bersama. Dia juga cerita padaku tentang reza. Dia bilang sudah menerima reza, aku senang mendengar itu.
Ternyata cinta itu meluluhkan segalanya, aku bangga sama reza, karena ucapanya icha kembali seperti dulu.
“thanks ya za” ucapku pada reza, reza hanya membalasnya dengan senyuman.
Kini hari-hari icha lebih baik, dia juga sudah mau menerima kedua orang tuaku sebagai orang tuanya juga, apalagi orang tua reza juga menyukai icha.
“cha, lo tau nggak gue bisa sama lo hari ini, kenapa” tanyaku pada icha
“semua karena takdir tuhan, mama, papa, elo, reza semua karena-nya. Ternyata tuhan tak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan kita, aku sadar hidup ini pendek, tapi jika kita menjalani dengan iklas semua terasa lebih berarti” ucapnya. Kata-kata icha membuataku bangga memiliki sahabat seperti dia. Reza emang nggak salah pilih Cewek.
Reza, lo emang beruntung. Apa juga karena udah takdir tuhan. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar