Sekarang menunjukkan pukul 17.00 pm, semua mahasiswa telah pulang sejak 2 jam yang lalu hanya aku sendiri yang masih tetap berdiam diri di kelas. Ku menatap keluar jendela, langit biru kini telah ditutupi awan yang hitam lebat. Sebentar lagi mungkin akan hujan deras.
Ku bergegas untuk pulang, ku berjalan menyusuri trotoar kampus, rintik-rintik hujan mulai turun, langkahku terhenti, selang beberapa detik hujan deras membahasi bumi. Ku masih berdiam diri disini tak peduli aku akan sakit atau tidak yang jelas ku senang dengan hujan ini.
“kau ini seperti anak kecil saja. Cepatlah berteduh, nanti kau sakit” Rey menarik tangan ku menuju tempat berteduh. Ku hanya tersenyum ketika dia mengatakan aku seperti anak kecil.
“kalung itu pemberian pacarmu ya?” tanya Rey, menatapku dengan wajah serius. Ku melepaskan kalung itu dan dan menggenggamnya.
“dia bukan pacarku, hanya saja ku memiliki perasaan khusus dengannya. Dari awal kuliah kami sudah dekat, dia jurusan arsitek sama sepertimu.”
“mungkin dia juga memiliki perasaan khusus dengan mu”
“yah.. Mungkin” ku menggenggam erat kalung itu. Kalung terbuat dari perak berbentuk bunga Teratai. Hujan ini mengingatkan ku pada kejadian tahun lalu.
“dia bukan pacarku, hanya saja ku memiliki perasaan khusus dengannya. Dari awal kuliah kami sudah dekat, dia jurusan arsitek sama sepertimu.”
“mungkin dia juga memiliki perasaan khusus dengan mu”
“yah.. Mungkin” ku menggenggam erat kalung itu. Kalung terbuat dari perak berbentuk bunga Teratai. Hujan ini mengingatkan ku pada kejadian tahun lalu.
Dari sejam yang lalu hujan tak kunjung reda, aku dan Rey masih berdiam diri menunggu hujan berhenti.
“Citra” suara Rey memecahkan keheningan.
“ada apa?” Rey mendekat ke arah ku dan memakaikan ku kalung berbentuk teratai.
“jangan pernah kau hilangkan kalung ini” bisiknya padaku. Ku hanya mengangguk mengiyakan.
“kau tahu, mengapa ku berikan kalung teratai?” tanya Rey sambil menatap hujan.
“tidak tahu”
“karena kau harus menjadi penghias di antara keterpurukan suatu kelompok. Teratai memberikan kesan tersendiri, karena dia tumbuh di atas lumpur. I want you to be like Lotus in Mud” jelas Rey.
Saat dia pulang Rey kecelakaan dan lupa ingatan. Sampai saat ini dia masih belum mengingatku, hanya aku orang yang tidak dia ingat.
“Citra” suara Rey memecahkan keheningan.
“ada apa?” Rey mendekat ke arah ku dan memakaikan ku kalung berbentuk teratai.
“jangan pernah kau hilangkan kalung ini” bisiknya padaku. Ku hanya mengangguk mengiyakan.
“kau tahu, mengapa ku berikan kalung teratai?” tanya Rey sambil menatap hujan.
“tidak tahu”
“karena kau harus menjadi penghias di antara keterpurukan suatu kelompok. Teratai memberikan kesan tersendiri, karena dia tumbuh di atas lumpur. I want you to be like Lotus in Mud” jelas Rey.
Saat dia pulang Rey kecelakaan dan lupa ingatan. Sampai saat ini dia masih belum mengingatku, hanya aku orang yang tidak dia ingat.
“hey, citra.. Mikirin apa?” Rey menyadarkanku dari lamunan ku.
“bukan apa-apa” jawabku dengan sedikit gugup.
“sepertinya aku memiliki kenangan dengan hujan ini, tapi entahlah itu apa? Aku tidak mengingat apapun.” ku merasa miris terhadap Rey, kapan dia akan mengingat ku? Ku hanya menatap hujan yang sudah mulai reda.
“apakah kau tahu banyak tentang ku Citra?”
“sebaiknya kita pulang, hujan sudah reda. Masih banyak tugas yang harus ku selesaikan, dan jangan pernah memaksakan untuk mengingat apapun. Waktu akan mengungkap kebenaran dengan sendirinya.” ku sengaja mengalihkan pembicaraan, dan pergi begitu saja meninggalkannya. Mungkin ku terlalu pesimis, dia tidak akan mengingatku walaupun ku menjelaskan semua tentangnya.
“bukan apa-apa” jawabku dengan sedikit gugup.
“sepertinya aku memiliki kenangan dengan hujan ini, tapi entahlah itu apa? Aku tidak mengingat apapun.” ku merasa miris terhadap Rey, kapan dia akan mengingat ku? Ku hanya menatap hujan yang sudah mulai reda.
“apakah kau tahu banyak tentang ku Citra?”
“sebaiknya kita pulang, hujan sudah reda. Masih banyak tugas yang harus ku selesaikan, dan jangan pernah memaksakan untuk mengingat apapun. Waktu akan mengungkap kebenaran dengan sendirinya.” ku sengaja mengalihkan pembicaraan, dan pergi begitu saja meninggalkannya. Mungkin ku terlalu pesimis, dia tidak akan mengingatku walaupun ku menjelaskan semua tentangnya.
Waktu menunjukan pukul 16.59 pm ku bergegas untuk pulang, sama seperti hari sebelumnya langit tertutupi awan hitam lebat. Ku berjalan menyusuri trotoar kampus, ku menggenggam kalung permberian Rey setahun yang lalu.
“aku menunggu hujan sebelum pulang, agar kau dapan mengingatku dengan hujan ini” bisik ku dalam hati.
“Citra” seseorang memanggilku dari jauh, ku berbalik ternyata Rey. Dia berlari ke arahku, nafasnya masih tidak teratur, dia menatapku dengan wajah sedih entah apa yang berada dalam fikirannya. Tiba-tiba dia memeluk ku erat.
“maaf” dia mengucapkannya dengan penuh rasa bersalah.
“apakah kau mengingatku sekarang?” tanyaku.
“Lotus In Mud, ku mengingatmu sekarang. Selama ini ku mencari apa yang hilang dari fikiranku, dan baru hari ini ku menemukannya. Kau menunggu hujan agar aku mengingatmu kan?” ku hanya tersenyum mendengar jawabannya. Hujan pun turun dengan sangat deras.
“lepaskan pelukanmu dan cepatlah berteduh, nanti kau sakit. Jangan seperti anak kecil yang suka main hujan”
“haha.. Jangan mengejek, kan ada kau yang menjaga ku jika sakit. Kau kan dokter.”
“ya ya ya.. Biaya pengobatan mu akan ku naikkan 10 kali lipat”
“hah?”
Ku tertawa lepas, dan dia mengembalikan semangatku sekarang.
“aku menunggu hujan sebelum pulang, agar kau dapan mengingatku dengan hujan ini” bisik ku dalam hati.
“Citra” seseorang memanggilku dari jauh, ku berbalik ternyata Rey. Dia berlari ke arahku, nafasnya masih tidak teratur, dia menatapku dengan wajah sedih entah apa yang berada dalam fikirannya. Tiba-tiba dia memeluk ku erat.
“maaf” dia mengucapkannya dengan penuh rasa bersalah.
“apakah kau mengingatku sekarang?” tanyaku.
“Lotus In Mud, ku mengingatmu sekarang. Selama ini ku mencari apa yang hilang dari fikiranku, dan baru hari ini ku menemukannya. Kau menunggu hujan agar aku mengingatmu kan?” ku hanya tersenyum mendengar jawabannya. Hujan pun turun dengan sangat deras.
“lepaskan pelukanmu dan cepatlah berteduh, nanti kau sakit. Jangan seperti anak kecil yang suka main hujan”
“haha.. Jangan mengejek, kan ada kau yang menjaga ku jika sakit. Kau kan dokter.”
“ya ya ya.. Biaya pengobatan mu akan ku naikkan 10 kali lipat”
“hah?”
Ku tertawa lepas, dan dia mengembalikan semangatku sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar