Senin, 28 April 2014

My Love Story

“Biar ku sudahi saja perasaan ini, secara perlahan” gumanku dalam hati seraya mengusap tetesan air mata yang sudah membasahi pipiku. Mencoba bangkit dari rasa terpuruk akibat cinta yang berdusta.
“Sudah nanggisnya? Ini tisu!” terdengar suara yang menyadarkan ku dari lamunan. Tanpa ku sadari ternyata sedari tadi ada seseorang di samping ku.
“sejak kapan kamu di sini?” Tanya ku kaget.
“sejak kamu nanggis ngak jelas dan ngedumel kaya orang yang siap masuk RSJ” Jawab cowok sok tenggil itu.
Ku usap sisa air mata di pipi dan ku lekas pergi dari tempat tersebut.
“hei… malah pergi dia.. gak usah malu, udah biasa cewek cenggeng” kalimat darinya yang membuat ku sedikit jengkel sekaligus malu.
“my oh my do you wanna say good bye, to have the kingdom, baby, tell me why” terdengar nada panggilan dari Hp di samping bantal yang mampu membuat ku tersadar dari alam mimpi. Terlihat nomor tanpa nama dari layar Hp yang segera ku angkat.
“hallo, selamat pagi. Ini siapa ya” tanyaku
“maafkan aku sudah menyakitimu, lupakanlah aku karena aku yang dulu bukanlah yang sekarang, ku harap kamu gak usah nunggu aku cari saja pengantiku. Tut. tut.” terdengar kalimat dari suara yang sangat aku kenal, suara yang lekas membuat air mata ku membasahi pipi di pagi buta ini. ya, itu adalah suara orang yang telah meninggalkan ku 5 minggu yang lalu tanpa alasan yang gak pernah aku tau sampai sekarang sebut saja dia putra cowok yang paling aku benci sekaligus cowok yang paling aku cinta sampai saat ini.
Perasaan ku bercampur aduk setelah mendengar perkataannya yang sungguh menyakitkan, aku ngak tau apa motif dia mengatakan itu, yang aku tau Cuma, dia udah ngak cinta dan ngak butuh aku lagi, semua janji yang dikatakannya dulu kini hanyalah jadi kalimat pilu, yang ada di hati ini hanyalah rasa kecewa, marah, benci, binggung tapi kenapa rasa cinta ku sama dia bisa mengalahkan kebencian ku kepadanya.
Tahun ajaran baru telah di mulai dimana aku tercatat sebagai siswi kelas XII di salah satu sekolah kejuruan di kota ku.
Teeettt.. teeettt.. teeett bel tanda masuk sekolah sudah berbunyi aku pun lekas masuk kelas dan duduk di kursiku. Sial hari ini lisa teman sebangku sekaligus best friend ku tidak masuk sekolah gara-gara sakit, padahal aku lagi butuh banget temen curhat. Wali kelas baru ku datang dan memperkenalkan diri sekaligus memperkenalkan murid baru pindahan dari semarang. Namanya denny Anaknya sih, putih, tinggi ya lumayan gantenglah tapi sepertinya wajahnya itu sudah familiar kaya’ udah pernah lihat tapi dimana gitu?.
Terdengar kegaduhan dari temen-temen cewek yang mengoda denny sebab parasnya yang menawan. Sedangkan aku hanya cuek bagiku cowok ganteng itu sudah standart.
“Denny, kamu duduk di situ di samping khenzi” kata wali kelas
“disini” kataku sambil menunjuk bangku kosong di sampingku. “tidak bisa dong bu, ini kan tempat duduknya lisa, diakan bisa duduk di belakang. Itu masih ada bangku kosong” celoteh ku.
“maaf ya aku ngak terbisa duduk di belakang” jawab denny yang langsung begitu saja duduki bangku lisa.
“sudah-sudah besok kalau lisa masuk biar lisa duduk sama lenny aja, terus iwan yang pindah ke belakang, iya len” kata wali kelas menghentikan kegaduhan.
“iya bu tidak apa-apa” jawab lenny.
“sial banget sih hari ini, kurang sajen apa coba..?” kata ku ngedumel sendiri.
“mandi aja kembang tujuh rupa” jawab denny dengan senyum.
“iih” jawabku geram.
Dan sejak saat itu aku dan denny selalu berselisih pendapat tentang apapun itu dan kami pun sering bertengkar tentang hal yang ngak wajar. Kata temen sekelas aku dan denny ibarat tom and jerry yang gak mungkin akur toh kalau akur ya Cuma sebentar, itu aja kalau ada maunya.
Sore itu di sekolah kami lagi ada acara persiapan buat karnaval, aku salah satu pesertanya. Ada salah satu perlengkapan kostum karnaval yang tertinggal di gudang dan lekas aku pergi untuk mengambilnya. Di gudang sedikit gelap karena pencahayaan yang kurang dan lampu yang mati, setelah sekitar 12 menit ku obrak ablik isi gudang akhirnya ku temukan juga apa yang ku cari. Tapi anehnya kenapa pintu gudang ngak bisa aku buka, sudah aku gedor-gedor berusaha aku dobrak tapi masih saja belum bisa kebuka. Mana gudang tempatnya di pojok belakang sekolahan kepaksa harus nunggu sampai besok pagi. “alamat tidur bareng tikus ni.. hemmb” kata ku..
“tidur bareng aku juga gak papa” suara lelaki dari belakang yang mengagetkan ku
“hah.. siapa..” ku mulai merasa takut. Langkah kaki itu semakin mendekatiku dan semakin membuat nafasku tidak karuan.
“eitz.. gak usah takut gitu, biasa aja kali ini gue denny” jawabnya
“hah lu lagi.. gue sial kan kalau ada lu” nada ku emosi.
“hah lu tu selalu anggap gue sebagai ladang kesialan lu, apa sih kesalahan gue sama lu” Tanya denny. Aku pun hanya terdiam karena aku juga gak tahu apa alasan ku selalu anggap dia musuh.
“brak.. brak.. brak.. siapapun tolong keluarin gue dari sini” teriak ku sambil gedor-gedor pintu.
“percuma lu lakuin itu. Tau sendirikan gudang ini tempatnya di belakang ngak mungkin ada yang dengar, sabar aja besok kita juga bisa keluar” katanya santai.
“apa sih yang lu lakuin di sini” Tanya ku
“nemenin kamu” jawabnya singkat.
“aku?”
“iya kamu, kirain kamu kesini mau nanggis, kan kebiasaan kamu kalau sepi nanggis di samping gudang ini”
“kamu kok tau”
“kamu ngak ngerasa ya aku tu sering perhatiin kamu, walau ngak langsung sih, kadang aku heran kamu tu cerewet, bawel super ceria di kelas tapi juga ngak jarang lihat kamu nanggis di sini”
“sotoy”
“tapi bener kan?, kamu nanggis gara-gara putra mantan kamu kan?, sudah gak usah mengelak lagi aku sudah tahu semuanya, lisa yang cerita sama aku. masa lalu biarlah masa lalu”
“kamu tu”
“kenapa aku, genteng kan?”
“dasar kepo sok tau gue tu sebel sama lu” jawab ku emosi. Tanpa ku sadari tetesan air mata itu keluar lagi
“kamu ngak tau rasanya di sakiti di tinggal pergi sama orang paling kita sayangi tanpa ada alasan yang jelas” ulasku.
“ngak usah nanggis, cewek rese kaya kamu ngak pantes untuk menanggis gara-gara cowok ngak bertanggung jawab gitu” kata denny sambil menghapus air mata ku.
“kamu tu mencela apa muji seh”
“dua duanya, hehehe.. kan aku suka kamu, sejak pertama lihat kamu”
“apa”
“hah kamu tu kebiasaan sok kaget”
“lu gak so sweet banget sih. Nembak di gudang” kataku
“yang nembak siapa? Wong aku Cuma ngomong suka yee”
Aku pun inget denny adalah cowok yang pernah aku temui di taman saat aku lagi meratapi kisah cinta ku dengan putra. Dia juga yang ngasih aku tisu untuk menghapus air mata ku.
Hari hari pun berlalu setelah peristiwa itu aku pun berfikir ternyata denny baik juga. kami semakin akrab, sering keluar bareng. Tiap hari denny selalu antar jemput aku sekolah, hingga buat teman satu kelas heran. Denny juga sering main ke rumah entah itu sekedar main biasa atau bisa di bilang apel entahlah. Dan kedekatan ku dengan Denny dapat secara perlahan menghapus luka hatiku dan membuat ku move on dari putra.
Hari ini adalah hari libur dimana denny ngajak aku pergi ke taman kota katanya dia mau ngomong sesuatu, entah apalah itu. Sesampainya di taman kota aku lihat raut wajah denny yang gugup gak seperti biasanya yang ketus dan nyantai.
Tek. tek.. tek Hp ku berbunyi tanda ada sms yang masuk ternyata iya. Ada sms dari putra yang ingin ketemu dengan ku di café di tempat biasa kami dulu sering nongkrong. Aku pun langsung meminta denny untuk nganterin aku ke café itu tanpa memikirkan apa yang akan di omongkan denny ke aku. Dan denny pun mengiyakan. Sesampainya di café denny langsung pergi.
Aku bertemu dengan purta dengan hati deg-degan tapi juga marah. Ternyata purta ngajak kami ketemu hanya ingin minta maaf dan ingin ngajak kita balikan lagi setelah dia sadar kalau hanya aku yang pantas untuknya. Seharusnya aku bahagia ini adalah hal yang ku inginkan selama ini tapi entah mengapa hati ku biasa saja malah yang ada di fikiran ku hanya denny. Aku pun tanpa berfikir panjang menolak ajakan putra untuk balikan dan langsung begitu saja pergi meninggalkannya.
Sudah 4 hari ini denny tidak masuk sekolah dan tidak menghubungi ku, ada perasaan cemas di hatiku dan sepulang sekolah aku langsung pergi ke rumah denny untuk memastikan apakah dia baik-baik saja tetapi ternyata di rumah tersebut hanya ada seorang penjaga rumah yang mengatakan bahwa denny dan keluarganya sudah pindah karena tugas pekerjaan papanya denny, ternyata denny ngajak aku ke taman itu untuk pamitan tapi aku malah tak memperdulikannya ada perasaan menyesal dalam hatiku. denny pun menitipkan surat untuk ku yang berisi ungkapan hatinya yang menyayangi dan mencintai aku sebaliknya aku juga merasakan hal itu, dalam surat itu denny berjanji akan datang lagi untuk menemuiku dan aku percaya janji itu hingga saat ini aku masih teguh untuk menyambutnya datang entah kapan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar