Senin, 28 April 2014

Salahkah Aku Mencintaimu

“Gooool…” sorak sorai penonton sambil berloncat-loncatan mengganggu aku yang mendapat posisi duduk di belakang.
di tengah kegondokanku tia-tiba di depanku lewat sekelompok cowok yang terlihat keren, awalnya ku abaikan tetapi akhirnya mataku berpapasan juga dengan salah satu di antara mereka. Dia berbeda buatku rambutnya gondrong dan menarik.
Pagi-pagi sekali aku dibangunkan karena suara keributan di ruang tengah ada suara canda tawa disana. Benar-benar memuakkan. seperti biasa sebelum melakukan kegiatan rutinitasku aku memeriksa isi ponselku dan aku menemukan beberapa pesan singkat disana, sebagian dari temanku dan ada sebuah sms yang membuat mataku sedikit melotot “Sapti”.
“temannya bang aldi keren keren ya” aku mentap ke arah suara itu yang sedang menyisir rambut lurusnya
“teman yang mana?” tanyaku malas dan masih menggeliat diatas kasur
“yang ikut tim nya, itu lagi di ruang tengah” ujar Nissa sepupuku antusias
Masih dengan piyamaku aku beringsut keluar kamar dan lewat di depan teman-teman abang ku dan sekali lagi mata kami beradu kali ini untuk waktu yang cukup lama.
“Geisha?” tiba-tiba salah satu di antara mereka angkat bicara
“Iya ini adek aku” bang Aldi memperkenalkanku pada mereka
“Aku Sapti” katanya kemudian
OOOooo jadi ini Sapti bathinku. Aku tersenyum ke arahnya, lumayan cakep batinku.
“Aku Sakti, abangnya” cowok yang dari kemarin sore menggoda mataku itu akhirnya bersuara juga. sseeerr, gak salah nih skenarionya. Ya Tuhan.
Singkat cerita aku dan sapti mulai sering smsan dan telpon-telponan tapi entah mengapa perasaanku pada sang abang tak bisa dibohongi. aku benar-benar telah jauh cinta padanya.
Pagi ini aku merasakan kenyeyakan tidur yang luar biasa, mungkin karena gerimis semalamn juga kali. Ketika membuka mata tau tau bang Adit udah di samping ku
“bangun ah, lihat tu Nissa dari tadi di dapur kamu molor aja” ucapnya lembut padaku
“ada Sapti” ucapnya kemudian
“terus apa hubungannya sama Geisha?” jawabku males
“Dia suka sama kamu Gei” ucap kak Adit lagi
“hahahahh, ngaco ah males tau. Awas awas Cha mau mandi” aku pun langsung masuk ke kamar mandi.
Siap mandi aku segera keluar dan duduk bersama bang Aldi dan teman-temannya. Seerr, kenpa kalu di dekat orang ini jantungku gak berfungsi seperti biasanya.
Dan lagi lagi aku dibuat nya tak mampu berbicara. Nissa datang dan berada di tengah-tengah kami.
“Sakti, tadi mau beli kaos ya, minta ditemenin aja sama Nissa atau Geisha” ucap bang Aldi tiba-tiba
“Geisha bisa temenin aku” ucapnya kemudian
“BB bisa” akhirnya aku bisa juga berbicra didepannya
“Ya udah kalau gitu kita pergi dulu ya Al, pinjem bidadari lo” ucapnya membuat aku melayang
“Awas aja, lo apa-apain adek gue.. ni” bang Aldi menunjukkakn buku kirinya
Sepanjang perjalanan kami sama-sama mengunci bibir. aku merasa berada di kontest untuk diam-diaman dan aku gak tau siapa yang akan menjadi pemenangnya
“emm… biasa dipanggil apa?” akhirnya dia bersuara
“Cha” jawabku singkat dan grogi
“Cha suka Sapti?” tanyanya kemudian
“Kok nanya gitu” aku balik nanya
“Dia suka sama kamu” lanjutnya
“Tapi aku suka sama kamu” Ya Rabbi apa yang aku bilang barusan aku memalingkan muka dan berharap dia gak mendengar ucapanku
“Beneran?”
Ya Tuhan akun harus jawab apa
“Gak tadi itu….”
chup
sebuah kecupan mendrat di pipi kananku
“Aku juga suka sama kamu cha”
Apa yang telah dilakukannya dia telah menciumku apa ini artinya
Aku tak tau aku harus bagaimana. hingga pulang ke rumah kami sama-sama berdiam diri. Aku tak tau apa yang ada di pikirannya.
Seminggu lamanya aku memendam rasa bahagia ini.T ak ada yang tau apa yang terjadi dengan aku dan Sakti sewaktu kami berdua kemarin. Tidak bang Aldi tidak juga Nissa sepupuku, dan setelah itu pula sampai saat ini Sapti tak pernah kontak lagi denganku mungkin dia tau tentang aku dan abangnya itu.
Sore itu iseng-iseng aku mengotak-atik ponsel Nissa alangkah terkejutnya aku ketika membaca kotak masuk di ponselnya. Ya Tuhan real kah ini?
“Untuk apa kamu nemuin aku sekarang?” ucapku
“cha.. aku gak bermaksud apa-apa. soal aku dengan Nissa itu karena dia yang sms aku duluan, kenapa aku meladeninya karena aku berpikir bahwa dia sepupumu sudah sewajarnya jika aku kontak sama dia, kalau aku tau kamu akan marah hebat seperti ini sumpah Cha aku gak mungkin mau ngebalas smsnya” jelasnya panjang lebar
Tak mampu ku bendung air mataku bagai tak tau cara berhenti. Ini kali pertamanya aku mennagis gara-gara lelaki.
“Aku tau mungkin bagi kamu aku hanya anak kecil anak remaja yang baru luus SMA tapi gak gini caranya bang.. aku cinta sama kamu itu tulus tulus banget tapi sekarang malah kau hancurkan hatiku.. aku gak mau ketemu lagi…” aku beranjak pergi
“Cha.. ada yang perlu kamu tau dari aku..” bang Sakti menggapai pergelangan tanganku
“Gak ada yang perlu dijelasin lagi bang, semuanya udah sangat jelas.. maaf” aku pun pergi
“Seminggu lagi aku married cha….” ujar bang Sakti lirih
Lima Tahun kemudian
“aduh..” gadis kecil itu jatuh tepat di depanku
“ya Ampun gak apa-apa sayang” aku membantunya berdiri
“Gak apa apa tante makasih ya..” gadis kecil itu menatap tajam ke arahku. aku merasakan ada tatapan yang berbeda disitu
Tatapanku beralih ke bagian lehernya “SyaSya” aku duduk di depan gadis itu da memperhatikan dengan seksama liontin itu benar “SyaSya”
“tante lihat apa?” tanyanya lirih
“nama kamu?” tanyaku sambil memegang liontin yang bergelayut di lehernya
“iya, bagus ya tante. kata papa ini perpaduan antara nama dia sama nama orang yang dicintainya. empp tapi syasya gak dikasih tau siapa nama orang yang dicintai papa itu” ujar gadis kecil itu polos
Aku teringat lima tahun silam kala aku berduaan dengan bang Sakti
“kalau SyaSya gmana Cha?” ucapanya kala itu
“SyaSya?” tanyaku tak mengerti
“Iya Sakti dan Geisha” jelsnya
“tante,” gadis kecil itu membuyar lamunanku
“Boleh tante peluk kamu?” pintaku padanya
“Boleh tante” jawabnya lembut
ya Tuhan alangkah rindunya aku dengan pelukan ini.
“ya aku suka” jawabku sambil tersenyum
“tante,” gadis itu membuyarkan lamunaku
“boleh tante peluk kamu?” pintaku padanya
“boleh tante” dan kini gadis kecil itu sudah berada dalam pelukanku
Ya Tuhan rindunya aku pada pelukan ini
Makasih bang sakti kau mengirimkan rindu ini padanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar